Pemimpin fasisme Italia, Benito Mussolini ternyata meninggalkan sebuah pesan di bawah tugu obelisk raksasa di Roma. Hal ini terungkap melalui penelitian arsip.
Tertulis pada sebuah perkamen dalam bahasa Latin, esai sebanyak 1.200 kata itu secara aman diletakkan bersama dengan sejumlah koin emas dalam kotak besi.
Temuan itu terkubur di bawah tugu obelisk seberat 300 ton yang terukir dalam bahasa Latin dengan tulisan MVSSOLINI DVX, yang artinya Mussolini Duce (Mussoloni sang Pemimpin).
Baca juga: Mengintip Arsip Sejarah Transportasi Yogyakarta Tempo Dulu
Tugu obelisk tersebut masih berdiri tegap di kompleks olahraga Foro Italico di Roma. Tugu setinggi 120 kaki yang terbuat dari marmer monolith itu telah menjadi sebuah monumen dari kekuatan fasis tahun 1932.
Waktu itu, Mussolini (1883-1945) telah mengubah pemerintahan Italia menjadi sebuah pemerintahan diktator.
Perkamen tersebut diberi judul ‘Codex Fori Mussolini’ yang menjadikan teks tersebut untuk mengingatkan pada rahasia tak terungkap pada zaman itu.
Pesan Mussolini yang mengakhiri pemerintahannya tahun 1943 itu percaya bahwa teks tersebut akan dibaca saat kejatuhan obelisk itu, yang mengacu pada pemerintahan fasismenya.
Dua peneliti klasik, Bettina Reitz-Joose dari University of Groningen dan Han Lamers dari Humboldt University Berlin dan Catholic University of Leuven, berhasil menggabungkan potongan perkamen itu dengan teks yang berasal dari tiga sumber yang ditemukan di perpustakaan dan arsip di Roma.
Ditulis oleh sarjana klasi Aurelio Giuseppe Amatucci (1867-1960), teks tersebut menghadikan sebuah sejarah propaganda dari fasisme Italia.
“Setelah Perang Dunia I, Italia pun mengalami masa kejatuhan,” ujar Lamers. “Pada masa itu, Mussolini terlihat sebagai sebuah regenerasi dari negara melalui pengelihatan manusia supernya dan resolusi-resolusinya.”
Bagian kedua dari teks tersebut berhubungan dengan Organisasi Pemuda Fasis dan kegiatan pemuda. Pada bagian ketiga, isinya lebih berfokus pada transportasi dan pendirian tugu obelisk itu sendiri.
Menurut peneliri, ada alasan yang lebih spesifik mengenai mengapa penulisannya menggunakan bahasa Latin.
“Latin memiliki signifikansi khusus bagi fasis,” ujar Reitz-Joosse. “Itu adalah bahasa kekaisaran Roma yang mereka harapkan akan beregenerasi. Juga akan menjadi bahasa yang kekal, lebih tepat untuk menyampaikan pesan di masa depan.”
Baca juga: Manuskrip Paling Misterius di Dunia akan Dikloning
Mereka melihat bahwa teks tersebut tidak bertujuan untuk menyebarkan suara fasisme di masa depan.
“Kami berpikir mampu membaca tujuan yang hendak disampaikan lewat teks retorika dan manipulasi strategi tersebut, dan ini merupakan referensi terpilih bagi sejarah Romawi,” ujar Lamers.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR