Ketika gempa berkekuatan 6,2 skala Richter mengguncang pusat Italia pada Agustus 2016 lalu, ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Banyak kerusakan yang terjadi, dan banyak kematian yang disebabkan oleh runtuhnya bangunan-bangunan kuno di desa pengunungan kecil.
Berdasarkan geografi dan sejarah, sejumlah negara ternyata cukup kuat dalam menghadapi gempa bumi dibandingkan negara-negara lain.
Gempa bumi besar umumnya terjadi ketika berada di atas 7,0 skala Richter. Namun melihat apa yang terjadi di Italia, meskipun guncangan yang kecil ternyata mampu memberikan dampak kerusakan yang besar pada area dengan infrastruktur tua atau lokasi dengan respon darurat sulit dilakukan.
Sejumlah negara harus mempelajari bagaimana persiapan dalam menghadapi gempa bumi. Negara harus memiliki pengaturan bangunan yang ketat dan sistem peringatan awal termasuk sirene dan telepon genggam. Cili menjadi negara yang mulai aktif untuk sadar akan persiapan gempa. Negara ini juga berlatih untuk keadaan darurat dan evakuasi.
Hal itu cukup terbayar, dikarenakan Cili merupakan daerah yang diguncang gempa terbesar tahun 2015 dengan kekuatan 8,5 skala Richter. Hanya 13 kematian yang diakibatkan oleh gempa tersebut, jika dibandingkan dengan gempa serupa yang terjadi tahun 1960 yang memakan memakan korban lebih dari 1.600 jiwa.
Jepang juga telah mengambil tindakan yang sama untuk meminimalisasi kerusakan akibat gempa. Semua bangunan didesain untuk tahan oleh guncangan, dan bangunan-bangunan tua pun juga turut diterapkan desain yang sama. Sejumlah rumah orang Jepang juga memiliki fondasi khusus.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR