Pertama kali terlihat, bola saju raksasa ini berada di sekitar Teluk Ob di Siberia dan tersebar di sepanjang garis pantai. Bola-bola salju berdiameter sekitar satu meter ini terbentuk dari fenomena lingkungan langka ketika framgen es secara bertahap menggulung dan menjadi bentuk bola angin dan arus air.
Penduduk setempat dari desa terdekat dari Nyda mengabadikan fenomena langka ini dengan mengambil gambar dari bola-bola es. Di beberapa area, bola salju ini secara alami tersapu dan menyatu sehingga membentuk dinding es pendek.
Tapi, bagaimana bola salju raksasa ini terbentuk ?
Tidak ada yang yang seratus persen yakin jenis cuaca dan campuran lingkungan semacam apa yang dapat membuat bola salju semacam ini. Akan tetapi peneliti menduga, bola-bola salju itu terbentuk dari kombinasi langka temperatur, formasi es, dan arus laut.
"Pertama terdapat fenomena alam primer seperti lumpur es dan slob ice, hal semacam ini mengacu pada padatnya es dan fragmen salju yang terbentuk di atas permukaan air. Apalagi ditambah dengan efek kombinasi dari angin, letak garis pantai dan kondisi suhu," jelas Sergei Lisenkov dari Arctic and Antartic Research Institute.
Seorang juru bicara yang menjadi perwakilan Nyda memberikan penjelasan serupa pada Siberian Times. Ia mengatakan, "Ketika air yang berada di teluk naik, hal tersebut dihubungkan dengan pembekuan embun. Pantai kemudian mulai tertutup dengan es. Kemudian air secara perlahan terdorong mundur dan air yang sedang berguling di pasir basah membentuk bola ini."
Fenomena langka ini sangat mengejutkan, bahkan warga tertua dari desa tersebut tidak pernah melihatnya. Namun bola salju serupa pernah terlihat pula di sekitar Danau Michigan di Amerika Serikat dan Teluk Finlandia di Eropa.
Para ahli dari Universities Space Research Association mengatakan bahwa bola salju yang berada di Danau Michigan terbentuk ketika turbulensi air memecah lumpur es menjadi beberapa potong yang kemudian membesar karena berguling-guling di air dingin yang membeku.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR