Katak dipasangkan dengan calon pasangan yang memiliki potensi, biasanya mereka dikirim dari kebun binatang lain sebagai pinjaman dengan maksud untuk mengembangkan keragaman genetik mereka. Jika mereka cocok, si jantan akan membuahi telur si betina. Dalam beberapa hari telur-telur tersebut akan menetas menjadi berudu, yang nantinya dapat dengan mudah dijaring.
Ketika menghitung jentik-jentik kecil, Fink menempatkan berudu dalam kolam yang dangkal dan mengambil gambar mereka. Dengan menggunakan spidol, ia menghitung setiap gambar yang diambil. Baru-baru ini, ia menghitung terdapat 4.096 buah jentik-jentik, jumlah yang meningkat dari jumlah tahun sebelumnya, yaitu 732 buah. Lalu, berudu-berudu itu dikemas dan diantar ke bandara.
"Kami sangat beruntung dapat mengirimkan mereka lewat penerbangan komersial," ujar Fink.
Masa Depan Penuh Harapan
Fink berharap katak-katak tersebut akan mulai kembali menjumpai kehidupanya yang semula dan menata kembali hidup mereka seiring berjalannya waktu. Walaupun demikian, selalu terdapat ancaman dari spesies yang bersifat menyerang dan membatasi habitat mereka. Namun, pengelola satwa liar sekarang lebih sadar dengan ancaman-ancaman tersebut.
Spesies ini tampaknya tidak rentan terhadap serangan jamur chytrid, yang menyerang banyak binatang amfibi di seluruh dunia.
Katak dan kodok berperan penting dalam kelangsungan ekosistem mereka. Fink menambahkan bahwa mereka bermanfaat untuk mengendalikan keberadaan serangga sebagai sumber makanan bagi satwa yang lebih besar.
Sejumlah katak dan kodok langka telah diabadikan dalam foto yang diambil oleh Joel Sartore melalui proyek Photo Ark yang didukung oleh National Geographic Society.
"Tanpa program pengenalan kembali, spesies ini mungkin akan punah," ungkap Fink. "Melihat satwa-satwa ini dilepas dan ternyata kami memiliki dampak besar terhadap spesies ini, itulah sebab saya terjun ke dalam pekerjaan semacam ini."
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR