Sven Sachs, paleontolog dari Museum Sejarah Alam Bielefeld Jerman sedang berada di Museum Lower Saxony State di Hannover, Jerman, untuk mempelajari reptil laut purba. Tanpa sengaja, perhatiannya tertuju pada salah satu fosil Ichthyosaurus.
Meski label nama spesies tersebut sudah tercantum, tetapi Sachs masih curiga jika fosil yang dia perhatikan merupakan spesies baru dari genus Ichthyosaurus. Ichthyosaurus sendiri merupakan sejenis reptil laut yang umumnya dianggap sebagai dinosaurus perenang.
"(Fosil) itu sangat luar biasa. Lebih besar dari spesies manapun yang pernah saya teliti," katanya seperti dikutip Science Alert, Sabtu (26/8/2017).
Fosil tersebut ditemukan pada pertengahan tahun 1990-an di Somerset Inggris. Namun, semenjak ditemukan, fosil tersebut tidak dipelajari dan langsung dipajang di museum.
Sachs pun segera meminta pendapat dari koleganya yang memang mempelajari Ichthyosaurus, Dean Lomax dari Universitas Manchester. Pada awal 2017 mereka mulai memeriksa spesimen itu bersama-sama-sama, dan ternyata dugaan itu benar. Mereka mendapati jika fosil tersebut merupakan kerabat baru dari genus Ichthyosaurus yang hidup sekitar 200 juta tahun lalu.
Fosil yang pada akhirnya diberi nama Ichthyosaurus somersetensis ini memiliki ukuran tubuh 3-3,5 meter, menjadikannya sebagai spesies terbesar dari jenisnya. Dia juga lebih pantas disebut dengan "Naga Laut" karena memiliki tubuh yang panjang, fleksibel, serta mampu berenang layaknya belut.
Ichthyosaurus somersetensis juga diketahui sedang mengandung embrio berukuran tujuh sentimeter saat mati. Analisis mengungkapkan adanya embrio yang tidak lengkap tersimpan dalam tubuh fosil betina tersebut, termasuk sebagian tulang belakang, tulang rusuk, dan beberapa tulang lainnya.
"Jarang ada embrio yang terawetkan," kata Sachs. Inilah mengapa penemuan tersebut menjadi penting bagi ilmu pengetahuan, karena menunjukkan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Namun, sayang pihak museum melakukan kesalahan mengidentifikasi spesies tersebut. Faktor yang mengaburkan silsilah spesimen ini ternyata bermula dari kesalahan penamaan dari pihak museum.
Pihak museum menambahkan ekor palsu pada fosil Ichthyosaurus somersetensis dengan ekor dari Ichthyosaurus lain untuk membantu melengkapi barang pameran periode Jura dan memberikan sisi estetis pada koleksi pameran.
"Dalam jangka panjang ini akan berbahaya bagi pemahaman ilmiah. Bagian palsu yang tidak terdeteksi ini akan menghasilkan informasi palsu," imbuh Sachs. Untungnya dalam kasus ini, kesalahan itu segera terungkap.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR