Indonesia pemilik 25 persen luasan mangrove dunia
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pada Konferensi Internasional Ekosistem Mangrove Berkelanjutan, di Bali, 18 April 2017, dalam sambutannya menuturkan, berdasarkan data One Map Mangrove, luas ekosistem mangrove Indonesia 3,5 juta hektare yang terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut disebabkan konversi lahan menjadi area penggunaan lain, perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.
Indonesia kaya jenis mangrove
Indonesia memiliki sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis paku.
Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis lain, ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate asociate).
Di seluruh dunia, berdasarkan penelitian Saenger, dkk (1983) ada sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan keterangan itu, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi, berdasarkan Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Berus mata buaya, mangrove langka yang tumbuh di Indonesia
Tumuk putih atau berus mata buaya (Bruguiera hainesii) merupakan mangrove yang sebelumnya hanya diketahui tumbuh di tiga negara. Jumlahnya hanya 203 pohon, yaitu di Singapura terdapat 3 pohon, di Malaysia tumbuh 80 pohon, dan di Papua Nugini sekitar 120 pohon.
Sebagaimana keterangan dari Sahabat Masyarakat Pantai (Sampan) Kalimantan yang meneliti jenis ini, awal 2017, berus mata buaya ditemukan di Teluk Pari Tanjung Terong, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Spesies ini hidup pada substrat lumpur berpasir.
Mangrove penyerap karbon luar biasa
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR