Sebuah asteroid kecil melintas relatif dekat dengan Bumi pada Januari lalu, ditemukan hanya enam hari sebelumnya. Ini mungkin terdengar menakutkan, tapi kemungkinan kecil bahwa objek semacam itu akan bertabrakan dengan Bumi.
Setiap tahun, sekitar 50.000 ton material (batu dan debu) dari luar bumi menabrak planet kita. Mereka datang sebagai potongan-potongan kecil—bahkan bila mereka semua datang bersamaan pun, ukurannya hanya akan sedikit lebih besar daripada asteroid “sebesar truk” yang melewati kita pada Januari.
Meski para ilmuwan bisa dengan mudah melihat asteroid yang cukup besar dengan diameter lebih dari sekitar satu kilometer, risiko apa yang mungkin ditimbulkan oleh asteroid lebih kecil, yang lebih sulit dilacak? Haruskah kita khawatir?
(Baca juga: Ada 15.000 Batu Antariksa yang Mengancam Bumi)
Ada kepercayaan umum bahwa dinosaurus musnah 65 juta tahun lalu akibat benturan asteroid. Perubahan lingkungan yang ditimbulkannya—kenaikan temperatur atmosfer yang cepat dan kebakaran hutan global, diikuti oleh penurunan suhu yang drastis dan pengasaman air laut—adalah konsekuensi dari ukuran asteroid, mungkin berdiameter sekitar 10 kilometer.
Asteroid itu berdiameter hampir 1.000 kali lipat lebih besar, dan sekitar 30 juta kali lebih berat daripada kombinasi asteroid yang menabrak kita selama setahun terakhir.
Bumi memiliki persentuhan dengan sebuah objek yang diperkirakan berdiameter sekitar 20 meter hampir lima tahun lalu di Chelyabinsk, Rusia. Kala itu, tidak seorang pun melihatnya datang. Rekaman spektakuler mengenai kedatangan bola api direkam oleh komuter dalam perjalanan mereka ke kantor, yang terkejut melihat pagi hari nan gelap pada Februari diterangi oleh sesuatu yang awalnya diduga misil.
Batu itu meledak di atmosfer, dengan pecahan meteorit berhamburan ke seluruh wilayah itu. Potongan terbesar, sekitar 600 kilogram, ditemukan beberapa bulan kemudian di dalam danau yang tertutup es. Meski banyak orang terluka ketika objek tersebut menghantam atmosfer dengan kuat, luka umumnya disebabkan oleh kaca jendela yang pecah akibat gelombang kejut yang ditimbulkannya.
Penduduk di wilayah Chelyabinsk beruntung—tidak terbentuk kawah akibat asteroid karena benda tersebut hancur berkeping-keping sekitar 30 km di atmosfer. Untungnya, ini situasi yang paling mungkin terjadi untuk objek dengan ukuran tersebut.
Kevin Walsh/wikipedia, CC BY-SA
Kawah tidak akan tercipta hingga asteroid berukuran diameter sekira 50 meter. Bahkan ketika ukurannya satu atau dua kilometer—ukuran Kawah Meteor di Arizona tidak mendekati cukup besar untuk menciptakan kehancuran berskala global seperti kepunahan dinosaurus. Namun peristiwa ini tentu akan menyebabkan masalah lokal bila benturan terjadi di wilayah yang berpenghuni. Bayangkan asteroid yang menyebabkan Kawah Meteor—secara harfiah dan kiasan—menabrak pusat kota London, Washington, atau Mumbai.
Ada beberapa program observasi internasional yang menggunakan teleskop otomatis yang secara spesifik didedikasikan untuk memetakan segala “Objek Dekat Bumi”. Ini adalah asteroid yang paling mendekati matahari dengan kurang dari 1,3 Unit Astronomis – satu unit adalah jarak antara Bumi dan Matahari. Pengamat khusus disiagakan untuk “objek-objek yang berpotensi membahayakan”, yang adalah Objek Dekat Bumi berdiameter lebih dari 150 meter dengan orbit yang melintasi Bumi.
Untungnya, praktis semua objek ini berada dalam orbit yang stabil, dan tidak dirancang berbahaya. Asteroid dengan ukuran sampai sekecil sekitar lima meter kini bisa diobservasi. Meskipun, seperti tergambar pada kejadian Chelyabinsk, masih ada objek yang menghalangi pengamat. Bagian dari alasan mengapa objek Chelyabinsk tidak terdeteksi, karena objek tersebut mendatangi atmosfer pada sudut yang sangat rendah dari arah matahari. Namun alasan utamanya adalah banyaknya jumlah objek semacam itu, dan waktu relatif pendek (sekira satu dekade) di mana kita telah melacak mereka secara aktif.
Sangatlah bermanfaat untuk melihat jumlah deteksi Objek Dekat Bumi. Pusat Planet Minor memelihara basis data observasi, penyimpanan dengan jumlah berjalan, yang pada akhir Desember 2017 melebihi 17.500 objek. Sebanyak 28 lagi sudah dilihat pada Januari. Anda bisa mendapat sebuah gagasan di sini di mana semua objek ini relatif dekat dengan Bumi maupun Matahari—saya jamin Anda akan merasa lebih dari sekadar gelisah begitu melihat betapa kita dikelilingi oleh misil-misil ini.
Salah satu masalah utama yang dimiliki peradaban yakni, meskipun kita menjadi sangat efisien dalam melihat Objek Dekat Bumi, kita masih belum bisa melakukan apapun tentang sesuatu yang mungkin berada di jalur tabrakan dengan Bumi. NASA baru-baru ini memiliki proyek, DART (Double Asteroid Redirection Test), untuk mengalihkan jurusan asteroid yang mengancam pada fase rancangan pendahuluan.
(Baca juga: Tak Hanya Dinosaurus, Tabrakan Asteroid Punahkan Hampir Semua Mamalia)
Sebuah pesawat ruang angkasa, berdiameter sekitar 1,5 meter, akan diarahkan untuk menabrak sebuah asteroid (Didymos B) dengan ukuran sekitar 140 meter. Didymos B mengorbit suatu badan primer, Didymos A. Tujuan proyek ini yakni untuk mengubah orbit Didymos B mengelilingi mitra binernya, tanpa mengubah orbit Didymos A mengelilingi matahari.
DART dijadwalkan untuk peluncuran pada Desember 2020, menghadang Didymos pada Oktober 2020. Jadi kita memiliki kurang dari lima tahun untuk menunggu sebelum kita mengetahui apakah kita bisa melindungi planet kita dari tetangganya yang sulit dikendalikan.
Untuk saat ini, meski asteroid kecil bisa memunculkan bahaya, ancamannya lebih bersifat regional daripada yang ditimbulkan oleh asteroid besar. Jadi tidak (belum) perlu mulai menimbun kacang panggang dan air kemasan menjelang kematian yang akan segera datang akibat serangan asteroid.
Lima puluh ribu ton materi angkasa yang menabrak Bumi setiap tahun utamanya jatuh sebagai butiran debu berukuran kurang dari setengah milimeter. Dan mengingat kita semua masih di sini (di waktu penulisan…), hal itu tidak mengancam umat manusia.
Monica Grady, Professor of Planetary and Space Sciences, The Open University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR