Sekelompok gajah berkeliaran di hutan sebelum masuk ke dalam sungai di bawah pengawasan ketat penjaga mereka. Gajah-gajah ini berlatih di cagar alam Malaysia agar bisa menjalankan ‘tugas penting’ untuk mengurangi konflik antar manusia dan hewan.
Cagar alam Kuala Gandah, Malaysia Tengah, merupakan area hutan hujan terpencil di mana mahout atau pawang gajah merawat 26 gajah Asia yang terancam punah.
(Baca juga: Penyelamatan Dramatis Seekor Gajah)
Beberapa dari mereka diselamatkan setelah mengalami luka dan yatim piatu. Namun, kebanyakan gajah tersebut telah dijinakkan dan dilatih untuk membantu upaya National Elephant Conservation Centre dalam mengurangi konflik gajah-manusia.
Para gajah bergabung dengan tim terlatih untuk menemukan dan menundukkan sesamanya yang melanggar batas habitat dan membahayakan dirinya sendiri serta penduduk desa.
Nasib gajah terancam
Sejak beroperasi 30 tahun yang lalu, para petugas cagar alam telah merelokasi lebih dari 700 gajah liar. Membawa mereka menjauh dari daerah pemukiman dan tinggal di dalam hutan.
Malaysia adalah rumah bagi hutan hujan dan satwa liar eksotis, mulai dari gajah, orangutan hingga harimau. Namun, jumlah spesies langka ini menurun drastis dalam satu dekade terakhir. Sering terjadi konflik antara gajah dan manusia.
(Baca juga: Tubuh Besar Gajah yang Juga Memiliki Peran Besar Bagi Alam)
Banyak gajah di Malaysia terluka atau dibunuh setelah melakukan kontak dengan manusia saat mereka berkeliaran di perkebunan kelapa sawit. Atau ketika memasuki pemukiman dan makan tanaman.
Penduduk desa dan pekerja perkebunan sering menjadikan gajah sebagai target. Menganggapnya sebagai hama dan tidak menyadari bahwa hewan besar itu dilindungi oleh hukum.
Salah satu gajah di cagar alam, Selendang, kehilangan sebagian kakinya setelah tertangkap dalam jebakan. Ia akhirnya diberikan kaki palsu untuk membantunya berjalan.
Saat ini, diketahui ada 1200 gajah Asia di semenanjung Malaysia. Jumlah ini menurun dari 1700 pada 2011.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR