Awalnya, Tari Kecak adalah bagian dari Tari Sanghyang. Namun, sekitar tahun 1930, tarian ini dibuat sebagai sebuah pertunjukan sendiri dengan Ramayana sebagai lakonnya.
Jumlah penari dan suara-suara yang dihasilkan dalam tarian ini memang tidak mudah untuk dilupakan. Bayangkan, sebanyak 50 hingga 60 laki-laki menggerakkan tangan ke atas sambil mengeluarkan suara "cak, cak, cak..." secara bersamaan dan terus menerus dilakukan.
Alih-alih membuat situasi menjadi kacau, gerakan dan teriakan ini justru menghasilkan irama yang harmonis. Sebagian orang pun beranggapan bahwa harmonisasi ini seakan menghipnotis mereka.
Tidak berhenti sampai di situ, lampu minyak (panyembeyan) yang disusun membentuk candi pun turut serta membuat wisatawan terus berdecak kagum.
3. Tari Topeng Sidakarya
Topeng Sidakarya merupakan tarian penyempurna ritual keagamaan. Tarian ini menandakan selesainya sebuah upacara keagamaan. Meskipun menjadi bagian dari ritual sakral, tarian ini mampu menarik perhatian setiap orang yang melihat.
Tarian yang dibawakan oleh seorang laki-laki dengan topeng berwarna putih, bermata sipit, gigi tonggos, rambut panjang sebahu, dan memakai kerudung ini memiliki sejarah terkait dengan Pura Besakih, seorang Brahmana dari Keling dan Raja Gelgel atau Klungkung.
Singkat cerita, Brahmana Keling yang datang untuk menemui Raja Klungkung ini diusir dari istana karena dikira sebagai seorang pengemis yang mengaku sebagai saudara raja. Pakaian compang-camping yang dikenakan oleh Brahmana Keling ini ‘membutakan’ mata masyarakat dan raja.
Saat diusir, Brahmana Keling mengucapkan kutukan bahwa upacara yang sedang dilaksanakan di Pura Besakih saat itu tidak akan berjalan baik, bumi kekeringan, rakyat terserang penyakit, dan hama akan datang menyerang.
Kutukan itu pun terjadi di Pulau Bali, terutama di sekitar istana Gelgel.
Singkat cerita, raja tahu bahwa ‘pengemis’ yang pernah mereka usir adalah saudaranya sendiri. Raja pun segera mengirimkan pasukan untuk mencari dan menjemput sang Brahmana.
Brahmana Keling akhirnya setuju untuk menghilangkan kutukannya dan mengembalikan Bali seperti sedia kala. Bali pun kembali pulih.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR