Upacara keagamaan dapat diselesaikan dengan baik dan berhasil (sidakarya). Hal ini pun membuat raja memutuskan bahwa setiap umat Hindu yang melaksanakan upacara suci wajib mementaskan tari Topeng Sidakarya.
Beberapa gerakan dalam tarian ini mengajarkan etika kepada manusia. Gerakan menutup mulut topeng yang bergigi tonggos menandakan bahwa kita harus menahan keburukan. Gerakan menabur beras di akhir tarian juga melambangkan perilaku berbagi rezeki kepada sesama.
4. Tari Barong
Tari Barong merupakan salah satu tarian adat peninggalan budaya Pra Hindu yang terimplementasi pada sebuah ‘boneka’ berwujud binatang berkaki empat yang mengandung kekuatan magis dengan bahan baku kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan.
Masyarakat Bali pun percaya bahwa Barong adalah makhluk kaki tangan Ratu Gede Mecaling, penguasa alam gaib di laut selatan Bali. Untuk mengusir makhluk ini, masyarakat membuat patung yang menyerupai Ratu Gede Mecaling dan mengaraknya keliling desa.
Tari Barong sendiri memiliki banyak jenis, yakni Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Gajah, Barong Asu, Barong Brutuk, dll. Walaupun ada banyak jenis Barong, Barong Ket adalah jenis yang paling sering ditampilkan.
Dalam sebuah pementasan, tarian ini dikemas menjadi sebuah drama atau cerita tradisional yang menceritakan pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan. Walaupun terkesan seram, dalam pementasannya, tari Barong sering disematkan unsur humor.
Serupa dengan kebanyakan tarian di Bali, tari Barong juga diiringi oleh gamelan khas Bali yang membuat pementasan semakin hidup.
5. Tari Pendet
Tari Pendet adalah tarian penyambutan atau tarian selamat datang yang dilakukan secara kelompok maupun perseorangan.
Awalnya, tarian ini digunakan sebagai tari pemujaan atas turunnya dewa ke dunia yang ditampilkan di berbagai pura di Bali. Tarian ini biasanya ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura.
Dengan mengenakan pakaian upacara, para penari membawa beberapa perlengkapan: sajen, kendi, sangku—tempat air dari tembaga untuk mencuci tangan—dan cawan sebagai pelengkap gerakan dinamisnya sembari menghadap ke arah suci pura.
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR