“Kami memiliki koneksi dengan para buruh Pakistan di pasar ikan ini,” katanya.
“Mereka mengenali dan mengetahui namaku. Dan jika ada masalah, mereka datang membantu karena aku terkenal,” cerita Kala Pehlwan sambil tersenyum lebar.
Kala Pehlwan di tempat kerjanya di pasar ikan. (Karim Sahib/AFP)
Saat kalah di pertandingan lalu, Pehlwan mendapat tantangan dari lawannya. Ia diminta untuk mencari seseorang yang bisa mengalahkan pemenang tersebut. Bersama dengan teman-temannya, Kala Pehlwan menjalankan sebuah rencana: mereka akan menemukan penantang – bukan dari Dubai, tapi dari kampung halamannya di Muzaffargarh, Pakistan.
Dalam beberapa hari, mereka telah mengumpulkan uang sebanyak 50-100 dirham untuk membayar tiket pesawat.
Saat sudah sampai di Dubai, si penantang, Mohammed Shahzad, mengatakan, ia sama sekali tidak ragu saat menerima telepon Kala Pehlwan.
“Pegulat lain mengalahkan temanku dan menantangnya untuk menemukan petarung yang lebih hebat…..jadi, aku datang ke Dubai,” kata Shahzad bangga.
Tanpa kushti, tidak ada kehidupan
Kala Pehlwan mengatakan, gulat kushti merupakan cara hidup penduduk Muzaffargarh.
“Di kota kami, ada tradisi untuk mempelajari gulat. Semua orang tumbuh dengan kushti. Mereka tidak memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Semuanya berusaha tetap fit untuk bertarung,” paparnya.
Pria yang memiliki nama asli Mohammed Arsalan ini, menerapkan hal yang sama. Ia mengatakan, diet yang baik, dan latihan rutin merupakan kunci kesuksesan.
Tinggal di pasar ikan menjadi keuntungan sendiri baginya. “Ikan adalah makanan kesukaan saya. Ini makanan tersehat di Dubai. Kami mendapatkan ikan gratis di penghujung hari,” papar Pehlwan.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR