Nationalgeographic.co.id—Bagaimana jadinya jika dunia nyata bisa disalin secara virtual sebagai gim? Mungkin kita bisa menjadi jagoannya, membuat kehidupan alternatif di sana seperti berbelanja atau bepergian dengna mudah, dan menjadi apa pun yang kita mau.
Tentunya, untuk menciptakan gim atau metaverse seperti itu, selain membutuhkan tata ruang yang luas, adalah menyiapkan karakter sampingan atau NPC dengan jumlah banyak. Pembuatan ini sedang dikembangkan oleh Unity Technologies, sebuah perusahaan digital yang berdiri sejak 2004.
Perusahaan yang berbasis bisnis NPC ini lewat mesin gim telah menciptakan arsitektur pada ratusan video gim, dan membuat banyak alat untuk mengintegrasikannya dengan berbagai unsur gim termasuk kecerdasan buatan (AI).
"Dunia nyata sangat terbatas," kata Dany Lange, wakil presiden senior AI Unity, dikutip dari Wired. Dia adalah ahli komputer yang pernah membantu mengembangkan machine learning untuk IBM, Microsoft, dan Uber. "Di dunia buatan, pada dasanya Anda dapat membuat ulang dunia yang lebih baik daripada dunia nyata untuk sistem pelatihan. Dan saya dapat membuat lebih banyak skenario dengan data itu di Unity."
Dia menjelaskan klon virtual ini akan menjadi kembaran digital dari beberapa aspek dari dunia nyata, seperti tindakan dan reaksi di ruang virtual dengan cara yang sama seperti sosok di dunia nyata. Pengembangan seperti ini tentunya membutuhkan waktu dan tenaga SDA yang sangat lama untuk menciptakannya.
Perusahaan ini telah mampu membangun infrastruktur bangunan yang sangat detail bersama pengoperasian, pemantauan, dan pelatihannya secara virtual. Misal, sebuah 3D dalam gim memiliki bangunan besi yang bisa berkarat dalam hujan, agar mencegahnya perlu ada pelumas yang bisa dibuat dalam dunia virtual.
Namun, mereka mendapati NPC sebagai sosok yang terpisah dari pengguna kerap memiliki bug atau kerusakan. Contohnya, bila karakter sampingan itu naik roller coaster akan terpental bila ada tikungan tajam dalam rutenya, dan teknisi harus mengakali polanya untuk mencegah kerusakan seperti itu. Tetapi bila NPC memiliki berat, badan, gerakan, dan impulsif, seperti manusia nayata, akan sangat membantu dalam penghindaran kerusakan.
Kesesuaian dengan dunia nyata menjadi keuntungan bagi NPC, dan Unity mulai tergerak untuk mengembangkan dunia virtual yang diciptakan berdasarkan kembaran ini.
Baca Juga: Hasil Studi: Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Lewat Video Gim
"Kami sebenarnya adalah perusahaan data yang sangat besar," kata Lange. "Kami sejak awal menyadari bahwa pada akhirnya, 3D real-time adalah tentang data dan tidak lain adalah data."
Memasukkan dunia fisik sebagai metaverse bukanlah hal yang mudah. Jauh sebelum Unity bertujuan untuk mengembangkan kloning digital, Adrien Gaidon, seorang insinyur machine learning di Toyota Research Institute telah punya ide awal untuk membuat kembaran digital dari sebuah kota di Jerman termasuk pepohonan, mobil, jalan, dan pejalan kaki.
"Saya tidak ingin mengatakan itu keringat, darah, dan air mata, tetapi ini adalah pekerjaan manual. Kembaran digital sekarang dibuat oleh manusia," terang Gaidon di Wired. Gagasannya bertujuan untuk mengembangkan perangkat lunak mobil self-driving supaya lebih sempurna digunakan. "Ini adalah tujuan aspirasional, untuk memahami dunia melalui kembaran digital dunia, dan saya piki tidak ada yang mampu mendekatinya."
Di sisi lain, kloning digital sangatlah bergantung pada jumlah data yang masuk demi keakuratan di dalamnya. Data bisa didapatkan dengan menyedot informasi dari dunia nyata yang memiliki pertanyaan tentang keamanan siber terkait pengawasan dan privasi.
17 Desember 2021, Unity menerbitkan artikel berjudul Human-centric computer vision with Unity Synthetic Data di arXiv.org. Mereka menyampaikan bahwa mesin permainannya adalah wadah simulasi kerumunan orang. Induk data bernama PeopleSansPeople akan menganonimkan data yang dikumpulkan tentang manusia tentang kehidupannya, dan operator lunak dapat memodulasi penampilan orang-orang tersebut agar membuat kumpulan data yang lebih dapat disesuaikan.
Agar membangun lingkungan simulasi, khususnya arus penyebaran manusia secara tepat, perusahaan itu bekerja sama dengan beberapa bandara. Data itu menjadi pergerakan kembaran dunia digital pada berbagai bandara yang dapat dimunculkan sebagai peta rinci.
“Dan itu perlu diambil secara lokal, untuk mengetahui apa yang terjadi di bagian tertentu dari bandara. Persatuan dapat membawa semuanya, dan kami dapat mengeluarkan informasi itu.” Melalui Unity, manajer bandara dapat melihat apa yang terjadi di Gerbang A-32 dan bahkan memiliki akses ke audio lokal," urai Crystal Gracia dari divisi Market Industri Unity ketika mendemonstrasikan kloning digital Bandara Vancouver, Kanada.
“Singapura [Bandara Changi] benar-benar luar biasa karena mereka bekerja untuk menciptakan pengalaman, seperti mengumpulkan poin melalui ritel."
Baca Juga: Hitam-Putih Dampak Bermain Gim di Masa Pandemi, Ini Saran Peneliti
Lange menambahkan, "membutuhkan pengalaman bermain game kami untuk membuat NPC dalam game, menjadikannya tersedia untuk menciptakan sistem visi komputer yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia—untuk memahami pose manusia. Kami melakukannya tanpa menggunakan orang sungguhan, jadi kami benar-benar mengendalikan bias."
"Tentu saja kami menjadi model dengan orang-orang nyata, tetapi pada akhirnya, ada seorang seniman yang masuk ke sana. Anda tidak akan dapat mengenali salah satu dari orang-orang ini. Itu adalah template," ujarnya terkait keamanan privasi.
Melansir Vice, Unity punya kontrak dengan militer Amerika Serikat. Pihak militer menggunakan perangkat lunak Unity untuk menggantikan program pelatihan di dunia nyata seperti amunisi. Lange menjelaskan, program yang dipakai dalam proyek itu menghasilkan gambaran pelatihan dengan persenjataan yang tidak meledak lewat data sintetis untuk dideteksi dan diidentifikasi keberadaannya.
Baca Juga: Metaverse: Dunia Virtual dalam Digital. Apakah Kita Membutuhkannya?
Source | : | Wired,Vice |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR