Beberapa grup konservasi seperti Sea Legacy, Turtle Island Restoration Network, Sharkwater, dan Mercy for Animals, baru-baru ini merilis video yang menunjukkan dampak jaring-jaring besar yang digunakan untuk memancing terhadap kehidupan laut.
Dinamakan ‘jaring melayang’, jaring-jaring besar ini biasanya digunakan oleh industri perikanan di beberapa wilayah di dunia.
‘Jaring melayang’ ini menggantung seperti dinding di lautan. Ia terbuat dari sulaman senar pancing yang membentang hingga kedalaman 100 kaki dengan panjang 1 mil. Jaring ini cenderung membunuh tanpa pandang bulu – menangkap dan menjebak apa pun yang mencoba melewatinya.
(Baca juga:Rencana Berani Para Ilmuwan Untuk Menyelamatkan Beruang Kutub)
Sebagai contoh, ahli konservasi mengatakan, jaring pancing California sebenarnya menargetkan ikan todak dan hiu penebah, namun nyatanya, spesies lain juga terkena dampaknya.
Pada 2016, Turtle Island Restoration Network mencoba meneliti hasil penangkapan dari dekade sebelumnya. Mereka menemukan fakta bahwa terdapat 22 kura-kura terancam punah, 900 mamalia laut (seperti lumba-lumba dan paus), serta 26 ribu hiu yang terbunuh akibat penyebaran ‘jaring melayang’ di laut.
Menurut Cassie Burdyshaw, Direktur Program Advokasi dan Kebijakan Turtle Island Restoration Network, dari total hasil penangkapan, 60% ikan masuk dalam kategori “tidak diinginkan”.
“Ini benar-benar mengecewakan. Kita tahu jika jaring tersebut sangat berbahaya, tapi tidak peduli dan berbalik ke arah lain,” katanya.
Wajah-wajah mereka “yang tidak diinginkan”
Paul Nicklen, pendiri Sea Legacy, tidak puas menggunakan data dan angka untuk mengilustrasikan sebuah cerita. Sebagai ahli biologi yang juga seorang fotografer, Nicklen mengelilingi dunia untuk memotret alam liar.
Saat mola-mola, ikan besar yang berbentuk pipih seperti piring, tertangkap di ‘jaring melayang’ tahun lalu, Nicklen ada di sana bersama Brock Cahill dari Sharkwater untuk memotretnya.
“Saya pernah melihat yang terbaik dan terburuk di dunia ini. Melihat mola-mola terjebak seperti itu sangat menyesakkan. Sangat tidak masuk akal,” katanya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR