Nationalgeographic.co.id—Eksekusi keluarga Tsar Nicholas II selalu menjadi misteri hingga kini. Lima anak Nicholas ditembak, dipukul, ditikam, dan kemudian ditembak lagi. Apakah kerabat keluarga Romanov yang tersebar di seluruh Eropa tidak bisa menyelamatkan mereka dari pembantaian ini?
Pada 16 Juli 1918 tengah malam, Tsar Nicholas II yang dipenjara, istrinya, dan lima anak mereka dibangunkan. Mereka semua dibawa ke ruang bawah tanah. Polisi rahasia Bolshevik menyerbu masuk, perintah eksekusi pun dibacakan. Tidak lama, rentetan peluru ditembakkan ke arah keluarga itu. Nicholas dan istrinya tewas seketika. ementara anak-anaknya dipukul, ditikam, dan ditembak lagi dan lagi hingga akhirnya tewas. Kekaisaran Rusia pun berakhir seiring dengan kematian semua keturunannya.
Meskipun monarkinya digulingkan, Nicholas dan keluarganya memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga kerajaan di Eropa. Ini berkat kebiasaan Ratu Victoria mengatur pernikahan untuk keturunannya di seluruh Eropa.
Dalam 15 bulan sejak turun tahta sampai kematiannya, hubungan kekerabatan Romanov dengan kerajaan-kerajaan Eropa masih diperdebatkan. Mereka mempertimbangkan apakah dan bagaimana mereka harus memberikan suaka keluarga. Salah satunya adalah Raja George V dari Inggris, sepupu tsar dan kakek Ratu Elizabeth II, berpeluang menyelamatkan mereka.
Namun mengapa tidak ada yang menyelamatkan keluarga ini dari pembantaian bengis itu?
Nicholas dan Alexandria mulai menjauh dari kerabat kerajaan
Jaringan pernikahan kerajaan di seluruh benua begitu saling berhubungan. Raja George V dari Inggris adalah sepupu pertama bagi Nicholas dan istrinya, Alexandra. Sebagian besar kerabat kerajaan menyukai Nicholas yang hangat dan ramah, ia juga memiliki kemiripan fisik dengan George. Sayangnya sikap Alexandra yang sedikit arogan membuat banyak orang salah paham, yang menyebabkan tumbuhnya antipati.
Pemberontakan skala kecil pada 1905 memaksa Nicholas untuk menyerahkan sebagian dari kekuasaannya. Pasangan itu mulai menarik diri dari masyarakat. Mereka mulai mengandalkan mistikus dan tabib seperti Rasputin untuk mengatasi kesehatan Alexandra yang memburuk.
Baca Juga: Pembunuhan Keji Tsar Nicholas II 'Napas Terakhir Kekaisaran Rusia'
Tabib yang dibenci oleh banyak orang itu juga mengobati hemofilia yang melemahkan putra mereka Alexei. Hubungan dengan Rasputin menjauhkan keluarga ini dari bangsawan lain dan menimbulkan kecurigaan di antara banyak orang Rusia.
Kekalahan dalam Perang Dunia I pada tahun 1914 serta masalah lainnya meningkatkan kebencian rakyat terhadap keluarga kekaisaran. Revolusi pun akhirnya terjadi pada bulan Februari 1917.
Keluarga Romanov didesak untuk keluar dari Rusia
Masih di St. Petersburg, istri dan anak-anak Nicholas didesak oleh pemerintah untuk melarikan diri saat kerusuhan merebak. Alexandra menolak untuk pergi tanpa Nicholas, yang berada di garis depan berperang melawan kaum revolusioner. Tsar terakhir itu akhirnya menyerah pada tekanan dan turun tahta. Minggu yang dihabiskan Nicholas dalam perjalanan kembali ke keluarganya kemungkinan merupakan kesempatan terakhir bagi mereka untuk kabur dari Rusia.
George V mengungkapkan keprihatinannya terhadap sepupu-sepupunya dalam surat pribadi. Di sisi lain, dia tahu situasinya genting karena kebanyakan orang Inggris menyebut mantan tsar "Bloody Nicholas."
Mereka juga membenci Alexandria yang lahir di Jerman, karena sentimen anti-Jerman sedang memuncak pada saat itu.
Inggris Raya juga perlu melangkah ringan dengan pemerintahan sementara yang baru di Rusia. Akan menjadi bencana bagi Sekutu jika Rusia menyerah pada tekanan internal dan menarik diri dari Perang Dunia I. Negara itu masih membutuhkan dukungan Rusia.
Namun, pemerintah Rusia yang baru menghadapi ancamannya sendiri: bagaimana jika kelompok-kelompok pro-monarkis mencoba mengembalikan Nicholas ke takhta? Karena itu, mereka ingin Romanov keluar dari Rusia secepat mungkin. Mereka meminta Pemerintah lain untuk memberikan suaka Romanov. Inggris setuju.
Kegagalan rencana Inggris untuk menyelamatkan keluarga Romanov
Inggris segera menyesali tawaran itu karena takut akan pemberontakan melawan monarki akibat kehadiran keluarga Romanov.
Raja segera mendesak pemerintah untuk membatalkan tawaran itu. Ia lebih memilih dianggap meninggalkan keluarga demi politik daripada terjadi pemberontakan terhadap monarki.
“Saya pikir Raja George V telah dikambinghitamkan terlalu lama,” kata Helen Rappaport, penulis The Race to Save the Romanovs: The Truth Behind the Secret Plans to Rescue the Russian Imperial Family. Ia menambahkannya bahwa sang Raja memiliki peran yang seharusnya bisa ia gunakan dengan efektif. Sayangnya, popularitasnya menurun sehingga mereka harus memilih dan mengambil keputusan dengan hati-hati.
Kerajaan Eropa lainnya, terutama Spanyol, Denmark, Swedia, dan Norwegia, juga mempertimbangkan cara untuk menyelamatkan keluarga. Namun lagi-lagi sama seperti Inggris, mereka semua takut menentang pemerintah baru di Rusia.
Bolshevik merebut kekuasaan, menyegel nasib Romanov
Keluarga Romanov tetap berada di bawah tahanan rumah sementara berbagai rumor beredar tentang nasib mereka. Mereka pindah ke kota terpencil Siberia di Tobolsk pada bulan Agustus 1917. Keluarga tersebut mulai mengirim pesan tersembunyi kepada dunia luar tentang situasi mereka di pengasingan ke dunia luar. Tsar Nicholas II berharap dapat menjangkau kelompok-kelompok pro-monarkis.
Rappaport berpendapat bahwa kelompok-kelompok itu terfragmentasi dan tidak selaras. Untuk melakukan penyelamatan yang efektif, Anda harus memiliki orang-orang yang berdedikasi dan bisa menyimpan rahasia." Kekurangan dana dan keselarasan di antara kelompok-kelompok ini merupakan faktor utama yang melemahkan.
Ketika Bolshevik merebut kekuasaan pada November 1917, bahkan pendukung Romanov yang paling bersemangat pun mulai kehilangan harapan. Meski emerintahan sementara tampak bersimpati kepada keluarga itu, kaum Bolshevik menginginkan kepala keluarga kaisar. Pemindahan ke Ekaterinburg menjadi malapetaka bagi Tsar Nicholar II dan keluarganya.
Baca Juga: Setelah 61 Tahun, Pemakaman Sadis Tsar Nicholas II Akhirnya Terungkap
Setelah pindah ke kota Ekaterinburg, keluarga Romanov dan para pelayan setianya dipenjarakan di "rumah tujuan khusus". Meskipun keadaannya suram, mereka masih optimis. Bahkan Alexandra masih menulis buku harian penuh harapan beberapa jam sebelum eksekusinya.
Setelah eksekusi bengis, hanya kematian Nicholas yang diumumkan. Kabar tentang nasib keluarga lainnya baru sampai ke pengadilan Eropa berbulan-bulan kemudian.
Anggota keluarga kerajaan Inggris berharap setidaknya menyelamatkan anak-anak. Pada tahun 1919, Inggris mengirim kapal ke Krimea untuk mengevakuasi sisa Romanov. Keturunan dua saudara perempuan Nicholas II, Olga dan Alexandra, bertahan hidup, seperti halnya keturunan tsar sebelumnya.
Pada tahun 1991, sisa-sisa keluarga yang dibantai digali di bawah pemerintahan Rusia yang baru pasca-Soviet. Analisis DNA mengonfirmasi identitas keluarga kekaisaran. Makam pun dipindahkan dan secara resmi dikebumikan di sebuah kapel khusus di St. Petersburg. Setelah pembantaian bengis, mereka mendapatkan upacara pemakaman yang layak yang dihadiri oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin.
Source | : | History.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR