Masih di St. Petersburg, istri dan anak-anak Nicholas didesak oleh pemerintah untuk melarikan diri saat kerusuhan merebak. Alexandra menolak untuk pergi tanpa Nicholas, yang berada di garis depan berperang melawan kaum revolusioner. Tsar terakhir itu akhirnya menyerah pada tekanan dan turun tahta. Minggu yang dihabiskan Nicholas dalam perjalanan kembali ke keluarganya kemungkinan merupakan kesempatan terakhir bagi mereka untuk kabur dari Rusia.
George V mengungkapkan keprihatinannya terhadap sepupu-sepupunya dalam surat pribadi. Di sisi lain, dia tahu situasinya genting karena kebanyakan orang Inggris menyebut mantan tsar "Bloody Nicholas."
Mereka juga membenci Alexandria yang lahir di Jerman, karena sentimen anti-Jerman sedang memuncak pada saat itu.
Inggris Raya juga perlu melangkah ringan dengan pemerintahan sementara yang baru di Rusia. Akan menjadi bencana bagi Sekutu jika Rusia menyerah pada tekanan internal dan menarik diri dari Perang Dunia I. Negara itu masih membutuhkan dukungan Rusia.
Namun, pemerintah Rusia yang baru menghadapi ancamannya sendiri: bagaimana jika kelompok-kelompok pro-monarkis mencoba mengembalikan Nicholas ke takhta? Karena itu, mereka ingin Romanov keluar dari Rusia secepat mungkin. Mereka meminta Pemerintah lain untuk memberikan suaka Romanov. Inggris setuju.
Kegagalan rencana Inggris untuk menyelamatkan keluarga Romanov
Inggris segera menyesali tawaran itu karena takut akan pemberontakan melawan monarki akibat kehadiran keluarga Romanov.
Raja segera mendesak pemerintah untuk membatalkan tawaran itu. Ia lebih memilih dianggap meninggalkan keluarga demi politik daripada terjadi pemberontakan terhadap monarki.
“Saya pikir Raja George V telah dikambinghitamkan terlalu lama,” kata Helen Rappaport, penulis The Race to Save the Romanovs: The Truth Behind the Secret Plans to Rescue the Russian Imperial Family. Ia menambahkannya bahwa sang Raja memiliki peran yang seharusnya bisa ia gunakan dengan efektif. Sayangnya, popularitasnya menurun sehingga mereka harus memilih dan mengambil keputusan dengan hati-hati.
Kerajaan Eropa lainnya, terutama Spanyol, Denmark, Swedia, dan Norwegia, juga mempertimbangkan cara untuk menyelamatkan keluarga. Namun lagi-lagi sama seperti Inggris, mereka semua takut menentang pemerintah baru di Rusia.
Bolshevik merebut kekuasaan, menyegel nasib Romanov
Source | : | History.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR