Setelah sukses melawan Turki Ottoman pada tahun 1462, Vlad III menulis: “Saya telah membunuh petani, pria dan wanita, tua dan muda, yang tinggal di Oblucitza dan Novoselo. Kami membunuh 23.884 orang Turki. Tidak terhitung mereka yang kami bakar di rumah atau orang Turki yang kepalanya dipenggal prajurit kami. Jadi, Anda harus tahu bahwa saya telah merusak perdamaian.”
Orang Turki memberinya julukan kaziklu bey, yang berarti "pangeran yang menusuk".
Penusukan tidak diragukan lagi merupakan metode pembunuhan pilihan Vlad the Impaler. Selama penusukan, tongkat kayu atau logam akan ditusukkan ke tubuh. Dimulai dari dubur atau vagina dan kemudian perlahan-lahan menembus tubuh sampai keluar dari mulut, bahu, atau leher korban.
Terkadang tiang dibuat tumpul sehingga menembus tubuh tanpa menusuk organ dalam, memperpanjang penyiksaan korban. Ini bisa memakan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari bagi korban untuk akhirnya mati. Korban sering kali dipajang di depan umum untuk ditonton semua orang.
Pemerintahannya yang berdarah berakhir pada tahun 1462 ketika pasukan Hungaria membawanya sebagai tawanan. Ottoman telah meluncurkan kampanye untuk menggantikan Vlad dengan saudaranya yang lebih lembut, Radu. Untuk melawannya, Vlad pergi ke Hungaria untuk meminta dukungan. Tapi, karena tidak ingin mengambil risiko perang dengan Ottoman, orang Hungaria memenjarakan Vlad III.
Baca Juga: Temuan Kerangka Anak 'Vampir' dengan Sumpalan Batu di Mulutnya
Baca Juga: Empusa, Iblis Wanita Penghisap Darah Manusia dalam Mitologi Yunani
Baca Juga: Cerita di Balik Jiangshi, Mayat Hidup Melompat dari Tiongkok
Hampir tidak ada yang diketahui tentang pemenjaraan Vlad III. Namun pada 1476, ia dibebaskan dan menikah dengan Jusztina Szilágyi. Istrinya merupakan kerabat Raja Hungaria Matthias Corvinus. Sang Raja membuat perjanjian dengan Vlad III untuk mengembalikannya ke tahta setelah Radu disingkirkan. Namun, Vlad III tewas dalam pertempuran bersama Hungaria yang berperang dengan Ottoman di tahun yang sama.
Menurut legenda, ia mengalami nasib buruk yang sama dengan Vladislav II. Vlad the Impaler dipenggal dalam pertempuran dan kepalanya diarak kembali ke Konstantinopel. Kepalanya diserahkan ke tangan musuhnya, Sultan Mehmed II, untuk dipajang di atas gerbang kota. Jenazahnya tidak pernah ditemukan.
Apakah Vlad the Impaler benar-benar menginspirasi Bram Stoker?
Meskipun kekejaman Vlad the Impaler tidak diragukan lagi menakutkan, apakah ia menginspirasi novel Dracula?
Jawabannya mungkin terletak pada kisah berdarah tentang eksploitasi raja yang haus darah. Namun kisah tentang kesukaannya mencelupkan roti ke darah musuh tidak dapat dipastikan kebenarannya. Meski demikian, banyak cukup bukti ia melakukan kekejaman yang paling mengerikan di zamannya, bagaikan drakula yang haus darah.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR