Gaya pemerintahannya yang otokratis menghancurkan harapan berbagai faksi politik yang berharap pemerintahan baru akan lebih santai.
Meskipun memiliki kecenderungan politik yang sama dengan ayahnya, keterampilannya dalam memerintah jauh dari kemampuan para pendahulunya.
Dia menawarkan posisi politik penting kepada anggota keluarganya. Pamannya, Sergei Alexandrovich, gubernur Moskow dan nasionalis dan absolutis terkenal, dengan cepat menjadi pengaruh besar baginya.
Sesuai tradisi, Tsar Nicholas II bertemu orang-orang Moskow di ladang Khodynka, tepat di luar kota. Acara ini diikuti oleh tiga hari perayaan, yang memuncak dalam tragedi besar. Pada tanggal 30 Mei, karena salah perhitungan volume populasi yang berkumpul, kerumunan massa diikuti oleh kepanikan. Sehingga perayaan ini menyebabkan kematian hampir 20.000 korban.
Pada malam yang sama, Tsar Nicholas II diundang ke gala di kediaman duta besar Prancis. Kehadirannya tepat setelah Tragedi Khodynka merusak citranya di mata orang Rusia. Rakyat menganggapnya sebagai penguasa yang sembrono dan tidak peduli.
Proyek besar penuh kegagalan
Setelah Tragedi Khodynka, pemerintahan Nicholas II ditandai dengan kelanjutan kebijakan Alexander III. Tsar mengalokasikan uang untuk “Pameran Seluruh Rusia” tahun 1896. Kegiatan ini mempromosikan ilmuwan dan inovator Rusia.
Dia juga mengawasi penyelesaian reformasi keuangan yang dilakukan oleh ayahnya, dengan pemulihan standar emas pada tahun 1897. Akhirnya, pada tahun 1902, kereta api Trans-Siberia hampir selesai, yang mendorong perdagangan di Timur.
Dalam masalah diplomatik, Tsar Nicholas II berusaha untuk menenangkan hubungan antara kekuatan Eropa.
Namun, kebijakan internalnya menyebabkan lebih banyak penindasan terhadap oposisi, terutama melalui Okhrana. Ini merupakan sebuah agen dinas rahasia yang dibuat oleh Alexander III pada tahun 1881 setelah pembunuhan ayahnya. Aktivis dari dalam dan luar negeri sering menggambarkannya sebagai otokrat pembunuh.
Kebijakan ekspansionis Tsar di Timur Jauh memicu konflik dengan Jepang pada tahun 1904, di mana tentara Rusia dihancurkan. “Penghinaan dan tekanan ekonomi di negara itu begitu besar sehingga menyebabkan Revolusi 1905,” ungkap Benabdeljalil.
Revolusi 1905 dan Douma
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR