Baca Juga: Kaum Ateis dan Agnostik di Indonesia Dibayangi Hantu-hantu Stigma
Peneliti utama Elaine Howard Ecklund, direktur RPLP dan Ketua Herbert S. Autrey Chair in Social Sciences di Rice, mengatakan temuan ini menantang para pengusaha untuk mempertimbangkan kembali bagaimana mereka berpikir tentang diskriminasi agama. Dia mengatakan mencari tahu bagaimana menyeimbangkan kelompok-kelompok dan perspektif yang berbeda sambil menunjukkan kepekaan kepada semua yang terlibat itu rumit.
"Saya pikir sebuah pelajaran yang baik untuk divisi sumber daya manusia adalah membuat orang-orang merasa diterima dan nyaman di tempat kerja, ini membutuhkan lebih dari sekadar makanan khusus dan tempat untuk berdoa," ujarnya.
"Interaksi sehari-hari di antara rekan-rekan kerja ini sangat penting, tetapi mereka lebih sulit untuk diperbaiki tanpa pendidikan yang tepat. Pelatihan di tempat kerja harus mencakup latihan yang secara khusus menargetkan semua jenis diskriminasi agama."
Penelitian ini merupakan bagian dari "Faith at Work: An Empiris Study" dari RPLP, yang mencakup survei terhadap lebih dari 11.000 orang dan wawancara mendalam dengan 200 orang lebih di Amerika Serikat. Laporan hasil studi ini telah terbit di jurnal Socius: Sociological Research for a Dynamic World.
Source | : | eurekalert.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR