Nationalgeographic.co.id—Salah satu inkarnasi dari Bunda Agung; kemudian diidentifikasi dengan Demeter Yunani, ialah Isis, dewi kesuburan Mesir sebagai pelindung keluarga.
"Kuil yang didedikasikan untuk sang dewi diberi dua nama berbeda: Serapeon (dari nama pasangannya—Serapis) atau Isidejon (dari namanya sendiri)," tulis Imperium Romanum dalam artikelnya berjudul "Isis".
Dari Mesir, kultus dewi menyebar ke semua koloni Yunani kuno ke seluruh Mediterania, terutama di kota-kota pesisir, di mana Isis dihormati sebagai pelindung pelaut dan pedagang, dengan julukan Pelagia, yang berarti Laut.
"Di Yunani, di Korintus, dia menjadi sangat populer sehingga dia menggantikan dewa utama kota itu," imbuhnya.
Pada abad ke-2 SM, kultus Isis mencapai Sisilia dan Italia. Seperti halnya di Campania, di Puteoli, yang saat itu merupakan kota pelabuhan terpenting, Kuil Serapejon dibangun, dan di Herculaneum dan Pompeii, dibangun Kuil Isidium. Dari sini, kultus dewi mencapai kepercayaan bagi masyarakat Romawi Kuno.
Kaisar Romawi, Caligula membangun sebuah kuil untuk Isis di Field of Mars, yang dikenal di sana sebagai Field Isis (Isis Campensis). Di Italia utara, pusat ibadah utama adalah Aquileia.
Perkembangan terbesar kultus Isis terjadi selama pembentukan agama Kristen. Pengikutnya juga penguasa: Commodus dan Domitianus.
Festival utama Isis di Roma disebut the autumn Isia, yang diadakan antara 28 Oktober dan 4 November selama musim gugur. Festival tersebut berisikan tentang mitos Isis dan Osiris.
Perguruan suci terdiri dari pendeta seumur hidup yang mengenakan jubah putih cemerlang. Mereka dipimpin oleh seorang imam besar, seorang nabi.
Pengikut Dewi Isis, baik pria maupun wanita, tergabung dalam berbagai ritual persaudaraan. Selama prosesi keagamaan, anggota persaudaraan pastofor mengenakan kapel dengan patung dewi dan simbol kultusnya.
Baca Juga: Agama Apa yang Dianut Zaman Romawi Kuno? Begini Penjelasannya
Baca Juga: Ares, Dewa Perang nan Brutal yang Dibenci para Dewa tapi Dipuja Wanita
Source | : | Imperium Romanum |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR