Anggaran untuk melaksanakan pekerjaan ini berasal dari pajak, tol, dan patronase swasta atau kekaisaran. Kota-kota yang dilalui jalan juga memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam pemeliharaannya.
Pembangunan jalan
Dalam tahap perencanaan, para insinyur mempelajari topografi lokal dan mengumpulkan informasi dari penduduk. Mereka kemudian merencanakan jalur yang paling logis, memprioritaskan kelurusan dan kemiringan sedang.
Saat melintasi tanah datar, jalannya selurus mungkin: Via Appia kuno, antara Roma dan Terracina, mencakup garis lurus yang tidak terputus sepanjang 90 km.
Di medan berbukit, upaya dilakukan untuk meratakan elevasi melalui pemotongan dan jembatan. Di daerah pegunungan, para insinyur membuat kurva lebar, beradaptasi dengan tanah untuk mempertahankan kemiringan yang seragam.
Di pegunungan tinggi mereka menggunakan tikungan tajam dan bahkan terowongan. Bila memungkinkan, jalan diletakkan di lereng timur dan selatan untuk memanfaatkan sinar matahari. Ini untuk mencegah hujan salju musim dingin menghalangi perjalanan.
Buruh dipekerjakan tetapi juga mengandalkan budak dan penjahat yang dihukum kerja paksa. Kadang-kadang mereka menggunakan tentara dan insinyur militer untuk merancang atau mengarahkan pekerjaan.
“Legiun juga membangun jalan sebagai bagian dari operasi militer dan di daerah taklukan,” ungkap Jesús Rodríguez Morales dilansir dari laman National Geographic.
Idealnya, bahan untuk konstruksi jalan berasal dari tambang terdekat; jika tidak, bahan-bahan tersebut harus diimpor.
Pekerjaan dimulai dengan membersihkan tanah dari pohon, batu, dan segala sesuatu yang dapat menjadi penghalang. Tanah dikeringkan dan limpasan air hujan dialihkan melalui saluran dan selokan. Kemudian parit digali dan diisi dengan batu-batu besar yang ditempatkan secara longgar yang memungkinkan drainase.
Batu-batu besar berukuran sedang ditambahkan untuk memadatkan lapisan di bawahnya dan mengisi celah-celah besar. Di atasnya lapisan pasir dan kerikil dihamparkan untuk memberikan permukaan yang lebih nyaman bagi gerobak. Lapisan-lapisan ini, yang meninggikan jalan di atas daerah sekitarnya. Kemudian dipadatkan dan dikeraskan dengan air, penghancur tangan, dan penggilas batu besar. Jalan itu kemudian diapit oleh batu trotoar. Di sisi tepi jalan, parit-parit besar digali untuk menampung limpasan dari hujan, musuh terbesar jalan raya.
Untuk menyelesaikan pekerjaan, tiang batu silinder ditempatkan pada interval 1,47 km (1 mil Romawi). Tonggak sejarah ini, yang tingginya bisa mencapai 2,4 m, menandai jarak dan memberi penghargaan kepada sponsor jalan tersebut.
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR