Studi menunjukkan bahwa oker atau pewarna merah alami paling sering digunakan di atalhöyük. Pewarna tersebut hadir pada beberapa orang dewasa dari kedua jenis kelamin dan anak-anak, dan cinnabar atau sinabar (batuan berwarna merah) dan biru/hijau dikaitkan dengan laki-laki dan perempuan.
Menariknya, jumlah pemakaman di sebuah bangunan muncul terkait dengan jumlah lapisan lukisan arsitektur berikutnya. Hal ini menunjukkan hubungan kontekstual antara deposisi pemakaman dan penerapan pewarna di ruang domestik.
"Artinya, ketika mereka mengubur seseorang, mereka juga melukis di dinding rumah", kata Milella.
Selanjutnya, di atalhöyük, beberapa individu "tinggal" di komunitas. Elemen kerangka mereka diambil dan diedarkan untuk beberapa waktu, sebelum mereka dikubur kembali. Penguburan kedua elemen kerangka ini juga disertai dengan lukisan dinding.
Namun demikian, penelitian ini masih menyisakan misteri. Hanya beberapa individu yang terkubur dengan pewarna, dan hanya sebagian individu yang tersisa di komunitas dengan tulang-tulang mereka yang bersirkulasi. Hasil tersebut masih menimbulkan pertanyaan bagi para peneliti.
Menurut Marco Milella,kriteria yang memandu pemilihan individu-individu tersebut lolos dari pemahaman mereka untuk saat ini, yang membuat temuan tersebut menjadi semakin menarik.
"Studi kami menunjukkan bahwa seleksi ini tidak terkait dengan usia atau jenis kelamin". Namun, yang jelas adalah bahwa ekspresi visual, pertunjukan ritual, dan asosiasi simbolik adalah elemen dari praktik sosial budaya jangka panjang bersama dalam masyarakat Neolitik ini," Milella menjelaskan.
Source | : | Scientific Reports,University of Bern |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR