Nationalgeographic.co.id—Aghori adalah sekelompok pertapa (mereka yang berpantang dari hal-hal duniawi dalam mengejar tujuan spiritual) yang tinggal di India. Praktik, kepercayaan, dan doktrin ekstrem yang dianut mengasingkan mereka dari arus utama Hinduisme.
Asal usul sekte Aghori, diselimuti misteri dan mungkin ditelusuri kembali ke Kina Ram, mungkin pertapa Aghori pertama, yang dilaporkan meninggal pada usia 150 tahun di pertengahan abad ke-18. Ada juga kemungkinan bahwa Aghori memiliki beberapa bentuk kekerabatan dengan pertapa Kapalika dari Kashmir dan Kalamukha di Dataran Tinggi Deccan dengan tradisi aneh yang serupa dengan Aghori.
Aghori mempraktikkan bentuk Tantra Hinduisme, dan menganggap dewa Hindu Dattatreya sebagai pendahulu tradisi tantra Aghori. Mereka sepenuhnya didedikasikan untuk Bhairava, manifestasi sengit dari Dewa super Hindu, Dewa Siwa dan percaya bahwa Siwa identik dengan kesempurnaan.
Orang Aghori juga menghindari semua jenis benda materialistis karena menganggapnya sama sekali tidak berguna. Untuk alasan ini, mereka tidak menghiasi pakaian, menghuni tempat kremasi, sering makan dan minum kotoran, air seni dan daging dari mayat dan tidak membiarkan delusi dunia material mempengaruhi cara hidup mereka.
Tujuan utama mereka adalah untuk mencapai moksha atau keselamatan dari siklus kematian dan kelahiran kembali yang berkelanjutan dan menganggap tubuh bersifat transisi, yang hanya sebagai kumpulan daging dan darah yang tidak layak mendapatkan kenyamanan fisik.
Dikatakan bahwa Aghori Varanasi di India mengumpulkan mayat manusia yang mati dan membusuk yang mengambang di sungai Gangga dan menggunakan tubuh mayat untuk berbagai tujuan.
Baca Juga: Mengenal Puasa Ekadashi, Jadi Penebusan Dosa Bagi Umat Hindu India
Baca Juga: Ritual Aneh Suku Apatani di India, Wanita Wajib Sumbat Hidung
Baca Juga: Kebenaran Vetala, Roh Jahat Umat Hindu di India Berwujud Vampir
Baca Juga: Sejarah Permainan Ular Tangga, Jadi Alat Pengajaran Agama Hindu
Mulai dari memakan daging mayat, menggunakan tubuhnya sebagai altar untuk melakukan ritual, menggunakan tengkorak sebagai wadah untuk minum alkohol, atau membuat hiasan dari tulang orang mati yang kemudian dipakai oleh mereka.
Source | : | Daily Mail,History of Yesterday |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR