Nationalgeographic.co.id—Saat cahaya pagi pertama menerpa jalan-jalan berbatu di Antigua, Guatemala, penduduk setempat keluar dari rumah. Mereka membawa keranjang penuh kelopak bunga, daun palem, dan serbuk gergaji yang diwarnai.
Semana Santa atau Pekan Suci merupakan perayaan penting umat Nasrani yang dimulai pada Minggu Palma dan berakhir pada Paskah. Penduduk Antigua merayakannya dengan cara unik. Menggunakan bahan yang diambil langsung dari alam, mereka mengubah jalanan menjadi permadani warna-warni. Masyarakat Antigua menyebutnya sebagai ‘alfombra de Aserrin’.
“Tradisi penuh warna telah menjadi bagian penting dari warisan budaya Antigua selama berabad-abad,” ungkap Jennifer Nalewicki dilansir dari laman Smithsonian Magazines.
Pertama kali diperkenalkan pada 1524, ketika conquistador Spanyol melakukan perjalanan dari Meksiko untuk menyerang Guatemala. Saat itu, para prajurit membawa tradisi pembuatan permadani penuh warna ini.
Namun sebenarnya akar dari tradisi ini membentang lebih jauh ke Santa Cruz de Tenerife, ibu kota Kepulauan Canary. Di sana, tradisi kuno ini merupakan bagian dari Pesta Corpus Christi. Ini adalah sebuah perayaan Katolik Roma untuk menghormati kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi Kudus.
Penduduk Antigua membuat permadani yang lebih rumit, detail, dan penuh warna. Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan permadani yang membentang di sepanjang kota ini.
Solidaritas penduduk non Katolik
Selama bertahun-tahun, tradisi keagamaan turut dimeriahkan oleh mereka yang bukan beragama Katolik. Anda tidak harus menjadi seorang Katolik untuk membuat permadani, semua orang terlibat dalam kemeriahan ini.
“Awalnya, penduduk hanya membuat permadani yang sederhana saja. Tetapi sekarang, permadani itu semakin besar dan menjadi tulang punggung tradisi budaya Antigua,” kata Elizabeth Bell, pendiri Antigua Tours.
Bell memperkirakan bahwa selama Semana Santa ratusan permadani dipajang di seluruh kota. “Seluruh warga akan membuatnya dengan semua bahan organik yang mereka miliki,” tutur Bell.
Tidak jarang orang membuat gambar Yesus Kristus di kayu salib dan menceritakan kembali kisah Sengsara Kristus. Anda juga akan menemukan motif non-religius seperti burung, binatang, dan karangan bunga.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR