Nationalgeographic.co.id - Selama bertahun-tahun, sejarawan dan ilmuwan telah mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Dunia Baru meninggal karena penyakit menular yang dibawa oleh orang Eropa, di mana penduduk asli memiliki sedikit atau tidak ada pertahanan tubuh alami.
Sekarang beberapa studi baru telah menemukan bahwa Salmonella, bersama dengan perang, yang mengurangi populasi Meksiko dari sekitar 25 juta menjadi 1 juta dalam satu abad, secara efektif menghancurkan peradaban Aztec yang kuat.
Gelombang pertama penyakit itu, pada 1540-an, melanda Meksiko dan membunuh sebanyak 80 persen penduduk negara itu, kata sebuah artikel di Nature.com tentang penelitian baru tersebut, mengutip makalah terbaru di bioRxiv. Para ilmuwan mengatakan mereka telah menemukan bakteri perut pada sisa-sisa orang yang terkubur pada abad ke-16.
Peneliti DNA Denmark yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan ini adalah bukti genetik pertama dari penyakit yang memusnahkan sebagian besar penduduk asli setelah Spanyol menjajah Meksiko.
Wabah penyakit utama disebut cocoliztli (sampar) dalam bahasa Aztec Nahuatl. Dua wabah besar, satu pada tahun 1545 dan lainnya pada tahun 1576, diyakini telah membunuh antara 7 juta hingga 18 juta orang di dataran tinggi Meksiko.
Seorang sejarawan Fransiskan, yang menyaksikan cocoliztli tahun 1576 mengatakan, “Di kota-kota dan kota-kota besar, parit-parit besar digali, dan dari pagi hingga matahari terbenam para imam tidak melakukan apa-apa selain membawa mayat-mayat itu dan membuangnya ke parit.”
Peneliti lain telah berspekulasi secara berbeda bahwa campak, cacar, atau tifus adalah kuman di balik kejadian penyakit besar, tetapi semuanya telah diperdebatkan.
Pada awal 2000-an, peneliti National Autonomous University of Mexico mengatakan mungkin demam berdarah virus, selain kekeringan besar, yang menyebabkan kematian. Mereka mengatakan besarnya epidemi itu seperti Black Death di Eropa selama 1300-an.
Dalam salah satu studi baru-baru ini, ahli genetika evolusi Johannes Krause dan tim di Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia, mengurutkan DNA dari gigi 29 orang yang terkubur di dataran tinggi Oaxacan, Meksiko selatan. Mereka menentukan beberapa orang tewas dalam wabah Salmonella yang terjadi 1545-1550. DNA dari gigi mereka cocok Salmonella bila dibandingkan dengan 2.700 genom bakteri modern.
Pengurutan lebih lanjut dari fragmen DNA pendek yang rusak dari sisa-sisa memungkinkan tim untuk merekonstruksi dua genom strain Salmonella enterica yang dikenal sebagai Paratyphi C. Saat ini, bakteri ini menyebabkan demam enterik, penyakit mirip tifus, yang sebagian besar terjadi di negara berkembang. Jika tidak diobati, itu membunuh 10-15 persen orang yang terinfeksi.
Baca Juga: Hasil Studi: Tubuh Gunakan Simpanan Lemak untuk Melawan Infeksi
Baca Juga: Pagebluk Pes Mematikan Menginfeksi Jalur Sutra Antara 1346-1352
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR