Ketinggian dan kekakuan menara dikombinasikan dengan kelunakan tanah fondasi menyebabkan karakteristik getaran struktur dimodifikasi secara substansial. Kombinasi ini yang menyebabkan menara tidak beresonansi dengan getaran gempa bumi.
Jadi selama gempa, menara tidak bergetar sebanyak bumi di bawahnya, lebih bertentangan dengan gravitasi.
“Ironisnya, tanah menyebabkan ketidakstabilan kemiringan dan membawa menara ke ambang kehancuran justru membuatnya bertahan dari gempa bumi,” ungkap Mylonakis.
Meski dapat selamat dari gempa bumi, ini tidak menyelamatkan menara Pisa dari potensi roboh kelak.
Pada tahun 1990, pemerintah Italia menutup menara untuk pengunjung dan memulai proyek restorasi selama satu dekade. Untuk mencegahnya supaya tidak roboh, tim menempatkan 900 ton penyeimbang timbal di sisi utara menara. Kemudian para ahli membuat rencana yang lebih baik untuk memperlambat kemiringannya.
Insinyur juga memasang peralatan yang memungkinkan mereka melakukan penyesuaian terhadap tekanan air di bawah menara. “Ini selanjutnya akan mengontrol kemiringan,” ungkap Cleeve R. Wootson Jr. dilansir dari laman Washington Post.
Semua konstruksi itu sedikit memperbaiki kemiringan menjadi 3,9 derajat dari 5,5 derajat. Selain memperbaikinya, cara ini juga dapat membuat menara mempertahankan kemiringan yang sama.
Tapi yang lebih penting, itu berarti menara itu tidak dalam bahaya runtuh karena efek gravitasi saja.
"Sangat tidak mungkin bahwa fondasi menara akan runtuh," kata John Burland, salah satu pemimpin proyek restorasi. Jika ada sesuatu yang menyebabkan menara runtuh “kemungkinan besar itu disebabkan oleh gempa bumi yang sangat besar.”
Para ahli berpendapat bahwa dengan pekerjaan restorasi, menara Pisa akan bertahan setidaknya 300 tahun lagi. Bahkan jika terjadi gempa bumi di masa depan.
Source | : | Washington Post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR