Baca Juga: Selidik Logam Mulia: Dari Manakah Asal Emas Melimpah di Bumi Saat Ini?
Baca Juga: Ganggang Beracun yang Menciptakan Ketidakstabilan Peradaban Maya
Teknik baru yang digunakan pada batuan luar angkasa ini awalnya ditemukan oleh ahli Yashuhiro Oba dari Hokkaido University, Jepang, bersama tim. Teknik ini dapat mengekstrak dan memisahkan senaywa kimia yang berbeda dalam debu meteorit cair dan kemudian dapat dianalisis.
"Metode deteksi kami memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi daripada yang diterapkan dalam penelitian sebelumnya," kata Oba yang menjadi penulis utama makalah terbaru. Para peneliti berpikir, teknik ekstraksi mereka lebih ringan dengan menggunakan air dingin daripada asam biasa, sehingga senyawa bisa dipertahankan.
"Kami menemukan bahwa pendekatan ekstrasi ini sangat cocok untuk nukleobasa yang rapuh ini," terang Glavin. "Ini lebih seperti minuman dingin, daripada membuat teh panas."
DNA dan RNA terdiri dari dua kelas molekul: purin dan pirimidin. DNA dibangun dari adenin yang merupakan kelas purin, sedangkan RNA menggunakan urasli yang merupakan primidin.
Penelitian Oga dan tim adalah yang pertama menemukan pirimidin dalam metoerit, menunjukkan berbagai nukleotida yang diperlukan untuk kimia genetik. Dia percaya, hal itulah yang jatuh ke Bumi dari bebatuan ruang angkasa.
Yang belum jelas bagi Oga dan timnya, sebearapa besar dampak kimia pada masa awal Bumi yang mungkin dimiliki meteorit tersebut. Semua tergantung pada sebearapa banyak kimia prebiotik yang mungkin telah aktif di Bumi sebelum mempertimbangkan pengaruh dari luar Bumi.
"Jika efisiensi produksi nukleobasa di Bumi jauh lebih tinggi daripada input dari luar angkasa,” ungkapnya di Independent, "kontribusi terhadap munculnya fungsi genetik dan/atau kehidupan itu sendiri dari nukleobasa luar angkasa tidak akan besar."
Oba percaya, kemungkinan kimia prebiotik dari berbagai sumber adalah unsur yang penting untuk memulai asal-usul kehidupan. Entah itu aktivitas kimi di Bumi atau di luar Bumi, masing-masing memberikan kontribusinya sendiri.
Source | : | Independent,Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR