Nationalgeographic.co.id—Sejak lama, pejuang wanita dari suku Amazon dianggap murni sebagai mitos. Namun apakah ada legenda di balik mitos tersebut?
Siapakah wanita terkenal yang diduga memotong payudara, hidup tanpa pria, dan bertempur dengan ganas?
Amazon selalu diselimuti mitos dan misteri. “Interpretasi modern menempatkan mereka di garis depan budaya populer dengan film-film seperti Wonder Woman dari DC Comic,” ungkap Danielle Mackay dilansir dari laman The Collector. Tetapi apakah para wanita pejuang Amazon kuno seperti interpretasi modern ini? Atau apakah mereka hanya suku wanita Scythian, seperti yang diungkapkan oleh Herodotus?
Pejuang wanita dari suku Amazon kuno, legenda atau sebuah kenyataan di dunia nyata?
Selama berabad-abad, para peneliti percaya bahwa suku Amazon hanya legenda dan mitologi belaka. Namun, orang Yunani Kuno percaya bahwa ras wanita pejuang ini ada di suatu negeri yang jauh.
Mackay menuturkan, ”Bagi orang Yunani, mereka adalah wanita menakutkan yang membenci atau bahkan membunuh pria.”
Keyakinan ini dibuktikan dalam berbagai nama yang diberikan kepada wanita pejuang Amazon oleh sumber-sumber kuno. Di antara nama-nama ini adalah Androktones (pembunuh manusia) dan Androleteirai (penghancur manusia), atau Styganor (mereka yang membenci semua manusia).
Namun nama 'Amazon' juga bisa berasal dari bahasa Yunani (tanpa payudara). Diperkirakan bahwa penggunaan nama itu mengarah pada mitos suku Amazon di mana para pejuang wanitanya memotong payudara. Ini dilakukan agar mereka dapat menggunakan busur dengan baik.
Dalam mitologi Yunani, suku pejuang kejam dan pembunuh sadis ini dipercaya sebagai putri Ares, dewa perang. Amazonomachy, pertempuran mitologi antara orang Yunani dan Amazon, mengisahkan pahlawan Yunani ditugaskan untuk mengalahkan ratu dan prajurit Amazon.
Suku Amazon versi Herodotus
Legenda menggambarkan suku Amazon sebagai ras menakutkan yang membunuh pria, namun apakah deskripsi ini didasarkan pada bukti sejarah?
“Dari Herodotus, kita menemukan bukti sastra kuno yang paling meyakinkan tentang keberadaan suku wanita pejuang,” Mackay mengungkapkan.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR