Baca Juga: Proyektil Tulang Menjadi Petunjuk Jatuhnya Kota Gat di Tangan Aram
Baca Juga: Penemuan Makam untuk Kremasi dari Periode Helenistik di Turki
Baca Juga: Temuan Ini Ungkap Gaya Hidup Mewah di Turki Sejak 5.000 Tahun Lalu
Setiap gambar yang diukir dengan halus, yang terbesar tingginya lebih dari 1 meter, menunjukkan kepala dan tubuh bagian atas dewa dengan garis-garis gambar yang disorot dalam cat hitam. “Ini mungkin sebagai panduan ketika para seniman memotong lebih banyak batu untuk menunjukkan gambar-gambar itu,” Adalı menuturkan.
Adalı mencatat bahwa meskipun beberapa ciri para dewa adalah khas Asiria—seperti pose kaku dan gaya rambut serta janggut—banyak detail ukiran menunjukkan pengaruh kuat dari budaya Aram setempat. Orang Aram telah tinggal di wilayah itu selama berabad-abad sebelum mereka jatuh di bawah kekuasaan Kekaisaran Asyur yang berkembang pesat pada abad kesembilan. Di masa itu, orang Aram berada di bawah kendali raja-raja yang tinggal jauh di timur di Mesopotamia utara.
Adalı juga mencatat bahwa prasasti di samping ukiran ditulis dalam bahasa Aram dan memberikan nama-nama Aram para dewa, bukan nama Asyur. “Ini terutama simbolisme Aram yang kami temukan, menyatu dengan gaya Asyur,” katanya. Ia menambahkan bahwa campuran yang disengaja mungkin merupakan upaya para penguasa Asyur yang jauh untuk berintegrasi dengan para pemimpin lokal. Alih-alih memerintah dengan paksa.
Arkeolog Davide Nadali dari Universitas Sapienza Roma setuju dengan pendapat itu. Menurutnya perpaduan artistik yang unik dari fitur Asyur dan Aram dalam ukiran memberikan cahaya politik yang menarik. Ini menunjukkan hubungan antara kekaisaran yang kuat dan salah satu wilayah utamanya.
“Prasasti dalam bahasa Aram menekankan niat untuk berdialog dengan komunitas lokal. Sementara penggunaan gaya figuratif Asiria menunjukkan perlunya berinteraksi dengan kekuatan politik Asyur,” ungkapnya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR