Baca Juga: Akhirnya Gurita Dinyatakan Sebagai Binatang, Selama Ini Dianggap Apa ?
“Studi ini menjawab pertanyaan lama tentang reproduksi dan kematian terprogram sebagian besar gurita,” Roger T. Hanlon, seorang ilmuwan senior di Marine Biological Laboratory di Woods Hole, Massachusetts.
Perilaku melukai diri sendiri sangat aneh karena hewan berotak lebih besar, seperti gurita, cenderung hidup lebih lama.
"Apa yang mengejutkan adalah bahwa mereka mengalami perkembangan perubahan. Di sini gurita tampak menjadi gila tepat sebelum akhirnya mati," Clifton Ragsdale, seorang profesor neurobiologi di University of Chicago dan rekan penulis.
“Mungkin itu dua proses, mungkin tiga atau empat. Kami memiliki setidaknya tiga jalur yang tampaknya independen menuju hormon steroid yang dapat menjelaskan banyaknya efek yang ditunjukkan hewan-hewan ini,” tambahnya.
Beberapa jalur penghasil kolesterol ini ada pada mamalia dan hewan pengerat. Pada manusia, kadar 7-DHC yang lebih tinggi dari normal bersifat racun. Ini merupakan tanda kelainan genetik yang disebut sindrom Smith-Lemli-Opitz (SLOS). Mutasi pada enzim yang mengubah 7-DHC menjadi kolesterol menyebabkan gangguan tersebut dan dapat menyebabkan perilaku melukai diri sendiri pada anak-anak.
“Paralel penting di sini adalah bahwa tingkat 7-DHC yang tinggi dikaitkan dengan kematian dan toksisitas. Baik ada manusia atau gurita” kata Wang. “Dan itu, bagi saya, sangat menarik, hanya karena betapa berbedanya evolusi kedua makluk hidup ini.”
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR