Nationalgeographic.co.id - Sebuah analisis baru dari kotoran kuno yang ditemukan di situs desa prasejarah dekat Stonehenge telah menemukan bukti telur cacing parasit, menunjukkan bahwa penduduk berpesta organ internal sapi dan memberi makan sisa makanan untuk anjing mereka.
Tembok Durrington adalah pemukiman Neolitik yang terletak hanya 2,8 km dari Stonehenge, dan berasal dari sekitar 2500 SM, ketika banyak monumen batu terkenal dibangun. Diyakini bahwa situs tersebut menampung orang-orang yang membangun Stonehenge.
Sebuah tim arkeolog yang dipimpin oleh Universitas Cambridge menyelidiki sembilan belas potongan kotoran kuno, atau 'koprolit', yang ditemukan di Durrington Walls dan diawetkan selama lebih dari 4.500 tahun. Lima dari koprolit (26%)—berasal dari satu manusia dan empat anjing—ditemukan mengandung telur cacing parasit.
Para peneliti mengatakan itu adalah bukti paling awal untuk parasit usus di Inggris di mana spesies inang yang menghasilkan kotoran juga telah diidentifikasi. Temuan ini pun telah dipublikasikan di jurnal Parasitology pada 20 Mei 2022 berjudul "Intestinal parasites in the Neolithic population who built Stonehenge (Durrington Walls, 2500 BCE)".
"Ini adalah pertama kalinya parasit usus ditemukan dari Neolitik Inggris, dan menemukannya di lingkungan Stonehenge benar-benar sesuatu yang luar biasa," kata penulis utama studi Dr Piers Mitchell dari Departemen Arkeologi Cambridge.
"Jenis parasit yang kami temukan sesuai dengan bukti sebelumnya untuk pesta musim dingin pada hewan selama pembangunan Stonehenge," tuturnya.
Empat dari koprolit, termasuk yang manusia, mengandung telur cacing capillariid, yang diidentifikasi sebagian dari bentuk lemonnya. Sementara banyak jenis capillariid di seluruh dunia menginfeksi berbagai hewan, pada kesempatan langka bahwa spesies Eropa menginfeksi manusia, telurnya bersarang di hati dan tidak muncul di tinja.
Bukti telur capillariid dalam kotoran manusia menunjukkan bahwa orang tersebut telah memakan paru-paru atau hati mentah atau setengah matang dari hewan yang sudah terinfeksi, sehingga telur parasit langsung masuk ke dalam tubuh.
Selama penggalian 'timbunan sampah' utama—atau tumpukan kotoran dan sampah—di Durrington Walls, para arkeolog menemukan tembikar dan perkakas batu bersama dengan lebih dari 38.000 tulang binatang. Sekitar 90% tulang berasal dari babi, dengan kurang dari 10% dari sapi. Ini juga tempat feses yang termineralisasi sebagian yang digunakan dalam penelitian ini.
"Karena cacing capillariid dapat menginfeksi sapi dan ruminansia lainnya, tampaknya sapi mungkin menjadi sumber telur parasit yang paling mungkin," kata Mitchell.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR