Nationalgeographic.co.id—Rumput laut sangat hebat dalam menyerap karbon, sehingga memainkan peran penting dalam iklim Bumi. Walau penting untuk mengonservasi rumput laut, ternyata para ilmuwan di Australia ini justru sedang berusaha mencabutnya.
Rupanya, rumput laut ini adalah sejenis ganggang yang jumlahnya semakin banyak memenuhi bayi karang di Great Barrier Reef, Australia. Para ilmuwan melakukan pencabutan ini juga memiliki tujuan yang sama bagi konservasi rumput laut: menjaga keberlangsungan kehidupan Bumi, tetapi lewat menjaga pertumbuhan karang.
Strategi ini sederhana, tetapi efektif untuk membersihkan terumbu karang dari rumput laut dengan cara menyianginya, seperti yang dilakukan pada taman atau sawah.
Tidak semua rumput laut itu baik bagi kehidupan laut. Spesies rumput laut yang disebut sargassum membuat hutan penutup rumput luat coklat yang tebal, dan menetap sejak lama di bekas terumbu. Dampaknya buruk bagi karang untuk bereproduksi dan tumbuh.
"Jika Anda menyelam di terumbu, itu hampir seperti hutan rumput laut," kata Hillary Smith, penjelajah National Geographic di National Geographic. Dia adalah ahli ekologi di James Cook University, Australia.
Ketika tutupan rumput laut tebal, larva karang kecil mungkin berusaha keras untuk berenang mencari rumah di terumbu, jelasnya. Mereka yang berhasil menetap kemudian, mungkin terlalu teduh untuk tumbuh dengan baik, tergores oleh rumput laut.
Belum lagi rumput laut yang mengambang itu bisa merugikan mereka karena bahan kimia dan patogen alami yang terkandung di dalamnya.
"Ini sangat sederhana. Ini seperti menyiangi kebun Anda. Anda tinggal ambil dan tarik," lanjutnya. Di daratan, ketika gulma tumbuh di tanah kebun, mereka dapat mengambil lebih dari cukup air dan sinar matahari yang menghambat pertumbuhan bunga, sehingga penting untuk dicabut.
Begitu juga pada terumbu karang, mereka terkikis oleh aktivitas manusia seperti polusi dan suhu laut yang panas. Perjuangan mereka untuk tumbuh dan bereproduksi pun lebih sulit karena dihalangi oleh rumput laut.
Terumbu karang yang sehat adalah cerminan pengendalian perubahan iklim. Baru-baru ini ia dan rekan-rekannya menerbitkan penelitiannya di jurnal Restoration Ecology. Mereka memaparkan, membersihkan karang di Great Barrier Reef dapat menghasilkan peningkatan tiga kali lipat jumlah bayi karang baru dalam pemantauan di tahun 2019 dan 2020.
Coral Reef Monitoring Network pada 2020 melaporkan, bahwa kesehatan terumbu karang di seluruh dunia sangat buruk. Kelak 95 persen karang dunia dapat mengalami tekanan panas. Sementara ganggang terus meningkat di dua pertiga terumbu karang di seluruh dunia.
Mencabut rumput laut dari terumbu membutuhkan banyak tenaga, tetapi tidak rumit. Maka, Smith dan kawan-kawan ilmuwan lainnya mengajak partisipasi untuk memulihkan terumbu yang rusak.
"Kami sangat optimis dengan prakarsa semacam ini," kata Fiona Wilson, dari kelompok ilmu lingkungan Earthwatch Institute yang menjadi relawan. "Ini adalah cara yang benar-benar layak dan berteknologi rendah untuk mendukung pemulihan terumbu karang, dan itu sangat menarik untuk terumbu karang di seluruh dunia."
Baca Juga: Masyarakat Adat Australia Telah Budidayakan Tiram Selama 10.000 Tahun
Baca Juga: Peneliti Ungkap Alasan Mengapa Tabir Surya Membahayakan Terumbu Karang
Baca Juga: Apakah Lego Dapat Membantu Menyelamatkan Terumbu Karang di Singapura?
Baca Juga: Senyawa Baru di Atmosfer Ini Pengaruhi Kesehatan Manusia dan Iklim
Pada awalnya, Smith mengatakan, para peneliti tidak yakin kegiatan ini akan bermanfaat bagi terumbu karang saat proyeknya dimulai tahun 2018. Para peneliti juga awalnya khawatir jika pemindahan rumput laut ini bisa jadi bumerang dalam beberapa hal.
Namun kini, kondisi berubah. "Semuanya terlihat sangat positif untuk terumbu karang," ujar Smith. Data yang dia belum publikasikan menunjukkan bahwa karang baru terus meningkat.
Meski terumbu karang Great Barrier Reef telah mengalami pemutihan massal, terumbu ini relatif dibandingkan terumbu lain di dunia seperti Laut Karibia. Kabar tentang keberhasilan meningkatkan jumlah bayi terumbu karang membuka pemahaman tentang konservasi untuk pembersihan.
Namun, alga atau rumput laut liar bukanlah tantangan utama bagi terumbu karang, melainkan perubahan iklim yang dihasilkan oleh manusia.
"Saya khawatir tidak ada yang dapat mengembalikan mereka ke keadaan pra-industri, karena tekanan perubahan iklim dan pengerukan lokal tidak akan menghasilkan apa-apa," kata Smith. "Restorasi lebih merupakan stop-gap untuk mengulur waktu untuk aksi skala besar terhadap emisi dan sesuatu yang dapat diimplementasikan pada skala lokal untuk terumbu karang bernilai tinggi."
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR