Dinasti asing itu pertama kali dipimpin oleh Firaun bernama takhta Salitis. Bangsa Hyksos dapat menguasai Mesir diperkirakan karena adanya kerentanan suksesi Firaun untuk menjaga ketertiban.
Para peneliti menilai, bangsa Hyksos mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan dengan merebut kendali Mesir utara, berdasar teks-teks kuno. Firaun yang berkuasa pun hanya diberikan sebidang kecil tanah di selatan.
Baca Juga: Penemuan Dinosaurus Dari Zaman Kapur di Oasis Bahariya, Mesir
Baca Juga: Sejarah Kelam Mumi Mesir di Eropa: Dibongkar, Dihancurkan dan Dimakan
Baca Juga: Empat Kota Afrika Kuno yang Hilang: Apa yang Sesungguhnya Terjadi?
Mereka tidak seperti orang Mesir pada umumnya. Nama-namanya pun lebih mirip orang Asia Barat Daya (Semit). Karya seni kuno mereka menggambarkan diri mereka mengenakan pakaian panjang warna-warni tidak seperti pakaian putih normal Mesir.
Dinasti itu hanya bisa bertahan 100 tahun hingga akhirnya digulingkan oleh firaun Mesir. Sejarawan berspekulasi, firaun Mesir merebut kembali wilayah itu dan mengasingkan penguasa Hyksos ke Asia Barat Daya.
Melansir Haaretz, Daphna Ben-Tor, mantan kurator arkeologi mesir di Israel Museum mengatakan, mungkin apa yang Manetho tulis di Aegyptiaca adalah propaganda. Cara yang mungkin mendukung rencana Mesir pada masanya untuk menyerang Levant. Saat itu Mesir berada di masa Ptolaemik, di mana kerajaan lebih ekspansionis.
"Invasi Hyksos disajikan sebagai rasa malu yang harus dicegah agar tidak terulang dengan mengendalikan tanah-tanah ini," Ben-Tor. "Orang-orang Hyksos adalah penjelmaan iblis, sedangkan raja Mesir adalah penyelamat dunia."
Source | : | Live Science,Haaretz,Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR