Nationalgeographic.co.id—Sejarah umum menyebutkan bahwa Mesir kuno pada sekitar 1638 SM ditaklukkan oleh kelompok misterius. Kelompok ini menjadi dinasti asing pertama yang menguasai Mesir sampai tahun 1530 SM. Akan tetapi, petunjuk tentangnya peninggalan masa mereka sangat minim ditemukan oleh para arkeolog.
Kelompok misterius itu adalah bangsa Hyksos. Sebuah penelitian di tahun 15 Juli 2020 di PLOS ONE, mengungkap bahwa bangsa ini berasal dari Levant (daerah yang mencakup Suriah, Lebanon, dan Israel). Makalah itu mengungkap berdasarkan analisis kimia kerangka di ibu kota Mesir masa dinasti Hyksos, Avaris di delta Sungai Nil.
Kisah invasi orang Hyksos ke Mesir tercatat dalam buku Yunani kuno Aegyptiaca (Sejarah Mesir) yang dibuat oleh Manetho dari awal abad ketiga SM. Manetho bercerita, Hyksos bergerak setelah berakhirnya Kerajaan Tengah Mesir runtuh sekitar 1650 SM. Ketika Mesir sedang kacau, para pemimpin Hyksos memimpin pasukan menyerang "meyapu dari timur laut dan mendekati Delta Nil timur laut."
Hieroglif pun menguraikan kisah itu tetapi kurang detail. Akibatnya, catatan tentang dinasti ini bias dan tidak lengkap. Para penguasa Mesir di masa setelah Hyksos biasanya menghancurkan catatan atau membuat propaganda tentang apa yang terjadi di masa lalu.
Namun, makalah terbaru itu mengungkap bahwa pemindahan kekuasaan itu bukan disebabkan serangan dari luar negeri yang memusuhi Mesir. Kemungkinan besar, dinasti ini muncul akibat pemberontakan imigran yang sudah ada di Mesir jauh sebelumnya.
Ada beberapa kerangka di Avaris yang usianya 350 tahun sebelum Hyksos berkuasa. Makalah itu menemukan bahwa 24 dari kerangka pra-Hyksos, lahirnya di luar negeri, sehingga dapat disimpulkan ada proses imigrasi yang signifikan di masa lalu sebelum invasi.
"Ini jelas kota internasional," kata penulis utama studi Chris Stantis, arkeolog di Bournemouth University, Inggris di Science News. "Orang Hyksos di Mesir tampaknya adalah kelompok elit yang memperoleh kekuasaan dari dalam."
Ciri pemakaman mereka jelas merupakan penguburan di luar budaya Mesir. Laki-laki dikuburkan dengan senjata terbuat dari perunggu dan makamnya dibangun tanpa jimat pelindung. Dan yang paling elit punya sejenis kuda atau keledai yang dikubur di luar makam.
Analisis kimia itu mengungkap bahwa banyak orang asing yang dimakamkan di Avaris adalah perempuan. Stantis dan tim menduga, penguasa yang asli di kota ini kawin dengan wanita Asia Barat Daya. Gigi-gigi pada kerangka bervariasi tingkat strontiumnya, menunjukkan bahwa orang berimigrasi ke Avaris dari berbagai tempat.
Mereka berpendapat, jika orang Hyksos muncul di Mesir sebagai penjajah sebagaimana cerita hieroglif dan Yunani, seharusnya gelombang pertama semuanya laki-laki. Laki-laki dinilai sebagai kalangan petarung dalam masyarakat kuno. Akan tetapi, di sini ada 30 perempuan dan 20 laki-laki. Temuan ini menunjukkan bahwa perempuan adalah garda terdepan migrasi Hyksos ke Mesir.
"Beberapa penelitian sebelumnya berbicara tentang laki-laki yang pindah ke Mesir: pembuat kapal, pedagang, tentara bayaran. Konsep imigran perempuan, sebagai keluarga atau mungkin sendirian, belum benar-benar dibahas," ujar Stantis di Live Science.
"Kita perlu lihat lebih dalam siapa wanita-wanita ini dan mengapa mereka pindah, tetapi fakta bahwa ada lebih banyak wanita daripada pria mengubah banyak interpretasi."
Dinasti asing itu pertama kali dipimpin oleh Firaun bernama takhta Salitis. Bangsa Hyksos dapat menguasai Mesir diperkirakan karena adanya kerentanan suksesi Firaun untuk menjaga ketertiban.
Para peneliti menilai, bangsa Hyksos mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan dengan merebut kendali Mesir utara, berdasar teks-teks kuno. Firaun yang berkuasa pun hanya diberikan sebidang kecil tanah di selatan.
Baca Juga: Penemuan Dinosaurus Dari Zaman Kapur di Oasis Bahariya, Mesir
Baca Juga: Sejarah Kelam Mumi Mesir di Eropa: Dibongkar, Dihancurkan dan Dimakan
Baca Juga: Empat Kota Afrika Kuno yang Hilang: Apa yang Sesungguhnya Terjadi?
Mereka tidak seperti orang Mesir pada umumnya. Nama-namanya pun lebih mirip orang Asia Barat Daya (Semit). Karya seni kuno mereka menggambarkan diri mereka mengenakan pakaian panjang warna-warni tidak seperti pakaian putih normal Mesir.
Dinasti itu hanya bisa bertahan 100 tahun hingga akhirnya digulingkan oleh firaun Mesir. Sejarawan berspekulasi, firaun Mesir merebut kembali wilayah itu dan mengasingkan penguasa Hyksos ke Asia Barat Daya.
Melansir Haaretz, Daphna Ben-Tor, mantan kurator arkeologi mesir di Israel Museum mengatakan, mungkin apa yang Manetho tulis di Aegyptiaca adalah propaganda. Cara yang mungkin mendukung rencana Mesir pada masanya untuk menyerang Levant. Saat itu Mesir berada di masa Ptolaemik, di mana kerajaan lebih ekspansionis.
"Invasi Hyksos disajikan sebagai rasa malu yang harus dicegah agar tidak terulang dengan mengendalikan tanah-tanah ini," Ben-Tor. "Orang-orang Hyksos adalah penjelmaan iblis, sedangkan raja Mesir adalah penyelamat dunia."
Source | : | Live Science,Haaretz,Science News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR