Nationalgeographic.grid.id—Potret keluarga Belanda, J.J. Kunst beserta dengan anak dan istrinya bersama djongos setianya di halaman rumahnya di Tjimahi, jadi satu dari sekian banyak potret yang menggambarkan kehidupan sejahtera orang-orang Belanda di tanah Hindia.
Orang Belanda biasa menyebut nostalgia dengan 'die goede oude tijd' untuk mengungkapkan kerinduan akan kehidupan masa silam di Hindia Belanda dengan segala adat dan kebiasaannya.
Orang-orang Hindia kemudian menyebutnya dengan istilah 'tempo doeloe.' Seperti halnya penulis Kester Freriks menerbitkan sebuah buku berjudul 'Tempo Doeloe' terbitan 2018. Ia menulis tentang kerinduannya pada kehidupan Hindia ini sebagai berikut:
"Seseorang yang menyimpan nostalgia 'tempo doeloe' sebagai bagian tak terpisahkan dari keberadaannya, tidak boleh disalahkan atas fakta bahwa Belanda melancarkan perang yang 'membara' di kampung-kampung. Atau bahwa segala tindak tanduk kulit putih bersalah atas kolonialisme dan perbudakan. Nostalgia terhadap masa lalu di Hindia Belanda bukan berarti penolakan hak atas Indonesia yang merdeka. […] Sekalipun Hindia Belanda telah berakhir, tetapi sejatinya ada yang belum tuntas. Itulah paradoks dari segala hal yang berkaitan dengan koloni dan akibatnya. Indonesia adalah kenangan pertama bagi ribuan orang yang pernah hidup permai di sana.”
Terlepas dari tulisan Freriks, sebuah tulisan lain menarasikan kepergiannya kembali ke Belanda meninggalkan Indonesia pada 1947, menggambarkan akan kerinduannya tentang Tanah Hindia:
"Hamparan sawah hijau cerah di bawah balkonku dipenuhi kehidupan. Jangkrik, belalang, katak, dan bebek yang berjalan terhuyung-huyung membentuk orkestra yang harmonis bersama dengan suara ayam jantan di kejauhan dan gemerisik dahan pohon palem dan pakis. Aku memejamkan mata seraya mencium aroma melati dan kamboja yang terbawa angin sepoi-sepoi."
Betapa suara alam tropis yang sangat khas akan amat dirindukan di Belanda sana. Hindia seperti kampung halamannya sendiri yang permai menenangkan.
Sejak lama, orang-orang Eropa yang datang untuk mencari keuntungan atas rempah, mulai hidup dan menikmati pesona alam tropis yang tersaji memanjakan mata. Tak ayal, banyak di antaranya mengabadikan pesona Hindia lewat kanvas, bahkan jauh sebelum kamera menjadi populer.
Ada pula sebuah gubahan Yuri Visser kepada Historiek dalam artikelnya De reis van Andries Beeckman naar Batavia terbitan 22 Maret 2014, mengisahkan perjalanan Andries Beeckman ke Hindia Belanda.
Selama perjalanannya, Beeckman membuat laporan visual yang luas dan penuh warna tentang penghuni dan hewan yang ia temui di Hindia Belanda. Sejarah kolonial mencatat, perjalanan Beeckman mewarisi karya lukisnya yang populer.
Baca Juga: Romantisme Eropa Lakukan Tradisi Selamatan di Zaman Hindia Belanda
Source | : | Historiek |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR