Nationalgeographic.grid.id—Zaman Hindia Belanda melintasi masa yang sangat panjang. Bangsa Eropa menjadi pribumi Hindia, secara bahasa maupun budaya. Tanah Indies menjadi saksinya.
Segala bentuk tradisi pernah dirasai bagi Eropa maupun peranakannya yang lahir di Tanah Indies, Hindia Belanda. Beberapa surat kabar hingga majalah mengisahkan tentang romantisme bangsa Eropa selama di Hindia.
Salah satu tradisi yang berkembang di banyak wilayah Hindia, terutama Jawa, adalah tradisi selamatan. Kisah pertama, datang dari Fred Lanzing yang tumbuh besar di Jawa, mengaku pernah merasai suasana indah saat kecil dulu di Preanger.
Tradisi penduduk setempat jauh lebih tenang. Ketika Fred Lanzing berusia delapan tahun, ia mengaku pernah terlibat dalam selamatan di Preanger. Kami tinggal di pegunungan di sebuah bungalo di tengah kebun teh.
Kisah Fred Lanzing ini ditulis dalam majalah Indische Letteren edisi 21 berjudul Feesten in Indië: Van Sint Nicolaas tot lebaran: een persoonlijke introductie yang terbit pada tahun 2006.
Menurut Fred, tradisi selamatan yang melibatkan diri dan ayahnya diadakan untuk merayakan pembukaan gudang teh baru. Selamatan itu seperti halnya pesta yang dikenal oleh orang Eropa, hanya dikhususkan untuk pria saja.
Fred mengisahkan: "saat malam tiba, ayahku dan aku pergi ke sana. Kakak perempuan saya yang sedikit lebih tua memperhatikan kami pergi, menggertakkan giginya dan merasa iri, tetapi adat istiadat itu (selamatan) tidak kenal ampun."
Barangkali berbeda dengan pesta dan makan-makan besar ala Eropa yang melibatkan baik pria maupun wanita, selamatan hanya diperuntukkan bagi kaum pria saja. Ini yang menciptakan kecemburuan bagi kakak perempuan Fred Lanzing.
Sesampainya di lokasi, pesta makan malam itu dilangsungkan di luar ruangan. Beberapa lusin pria hadir. Suasananya tenang sebagaimana lanskap pedesaan Jawa yang permai. Semua orang yang hadir duduk di lantai.
Beberapa hidangan lainnya disajikan di atas daun pisang, dan beberapa hidangan lainnya di mangkuk. Para pria mulai berbincang dengan suara pelan. Di atas para hadirin yang hadir, tampak cakrawala dengan jutaan bintang menghias langit malam. Romantis!
Obor-obor yang terpasang di lokasi itu mulai berderak dan mengeluarkan asap. Di dahan-dahan pohon lampu kunang-kunang bersinar dan sesekali seekor kumbang besar terbang menembus malam sambil mengeluarkan suara berderak.
Baca Juga: Polemik Penentuan Awal Ramadan di Zaman Kolonial Hindia Belanda
Source | : | Digitale Bibliotheek voor de Nederlandse Letteren (DNBL) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR