Nationalgeographic.co.id—Tim paleontologi internasional melaporkan telah mengidentifikasi spesies baru predator yang pernah hidup di Eropa. Temuan tersebut berawal dari penemuan fosil rahang bawah di tepi utara Pyrenees, pegunungan antara Perancis dan Spanyol yang membentang dari Teluk Biscay ke Mediterania.
Predator besar ini termasuk dalam kelompok karnivora yang bahasa sehari-hari dikenal sebagai 'Bear Dog' di masa sekarang. Deskripsi lengkap studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal PeerJ dengan judul "A new gigantic carnivore (Carnivora, Amphicyonidae) from the late middle Miocene of France" baru-baru ini.
Menurut peneliti, spesies predator baru di Eropa ini bisa berbobot sekitar 320 kilogram. Ia hidup sekitar 36 juta tahun lalu sebelum punah sekitar 7,5 juta tahun lalu.
Bastien Mennecart yang memimpin penelitian dengan tepat menggambarkan rahang bawah fosil karnivora dan menemukan bahwa itu pasti spesimen dari spesies baru. Mennecart merupakan ahli paleontolog dari Natural History Museum Basel yang memimpin penelitian.
"Vertebrata darat Serravallian sangat jarang ditemukan di tepi utara Pegunungan Pyrenees," tulis Mennecart dalam laporannya.
Dijelaskan, fosil rahang berasal dari endapan laut berusia 12,8 hingga 12 juta tahun yang diperiksa di komunitas kecil Sallespisse di departemen Pyrénées-Atlantiques di barat daya Prancis. Tulang rahangnya mencolok karena giginya.
Rahang bawah yang membatu dapat diklasifikasikan sebagai milik pemangsa yang menyerupai persilangan antara beruang dan anjing besar, yang dikenal sebagai 'Bear Dog'.
Nama ilmiah mereka adalah 'Amphicyonidae'. Mereka termasuk dalam kelompok karnivora seperti anjing, kucing, beruang, anjing laut, dan luak. Predator ini merupakan bagian yang tersebar luas dari fauna Eropa pada Miosen (23 hingga 5,3 juta tahun yang lalu).
Spesies predator baru ini, menurut peneliti, sangat kaya dan beragam, dengan berat antara 9 kilogram hingga 320 kilogram.
Sejalan dengan itu, rahang bawah yang diperiksa mungkin mewakili genus baru. Itu disebut Tartarocyon. Nama ini berasal dari Tartaro, raksasa bermata satu yang besar, kuat, dari mitologi Basque.
Legenda Tartaro juga dikenal di Béarn, wilayah di mana rahang bawah ditemukan. Floréal Solé, spesialis mamalia karnivora, Jean-François Lesport dan Antoine Heitz dari Museum Sejarah Alam Basel memilih nama genus baru. Tarataroyon diperkirakan mencapai 200 kilogram.
Amphicyonidae Eropa terakhir menghilang selama Miosen akhir 7,5 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan spesimen amphicyonidae yang sudah dikenal, hewan ini memiliki gigi geraham bawah keempat yang unik. Gigi ini sangat penting untuk menentukan spesies dan genera.
Deskripsi takson baru ini menyoroti erosi keanekaragaman ekologi dan morfologi Amphicyonidae sebagai respons terhadap peristiwa Miosen yang terkenal, seperti misalnya peristiwa Datum Proboscidean, Transisi Iklim Miosen Tengah dan Krisis Vallesian.
Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan
Baca Juga: Fosil Tanaman Berusia 55 Juta Tahun Ungkap Wilayah Kutub Dulu Hijau
Baca Juga: Fosil Kerang: 95 Juta Tahun Silam, Amerika Utara Sepanas Bali Kini
Baca Juga: Ahli Paleontologi Temukan Fosil Archaeocyon, Anjing Purba yang Langka
Miosen tengah adalah periode yang sangat menarik tentang perubahan iklim dan penyebaran fauna di Eurasia dan Afrika. Meliputi Iklim Optimum Miosen Tengah, peningkatan suhu global hingga 5 derajat Celcius.
Sedangkan selama Serravallian, suhu lebih dingin terjadi. Peristiwa ini menyebabkan perubahan lingkungan yang penting, yaitu pembaruan dan pertukaran fauna.
"Terlepas dari catatan fosil invertebrata yang sangat melimpah, saat ini hanya sedikit yang diketahui tentang hubungan fauna antara bagian utara dan selatan Pegunungan Pyrenees selama Miosen tengah karena kurangnya sisa-sisa vertebrata kontinental," tulis peneliti.
Penemuan fosil vertebrata darat yang hidup di tepi utara Pyrenees 13 hingga 11 juta tahun yang lalu sangat jarang. Penemuan dan deskripsi rahang bawah bahkan lebih signifikan.
Memang, bagian Barat Daya Prancis dibanjiri oleh laut beberapa kali selama Miosen awal dan tengah. Penemuan ini dinilai telah menawarkan kesempatan untuk mengeksplorasi perkembangan "bear dog" Eropa dengan latar belakang kondisi lingkungan yang diketahui saat ini.
Source | : | PeerJ |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR