"Artinya, struktur seperti sangkar memungkinkan gerakan atom di dalam sangkar sambil menjaga sangkar itu sendiri tetap utuh. Inilah sebabnya mengapa mineral dapat berubah warna dan kembali ke warna aslinya secara praktis tanpa batas waktu."
Sebelumnya, telah diketahui bahwa scapolite berubah warna lebih cepat daripada hackmanite, sedangkan perubahan tugtupite jauh lebih lambat.
"Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menemukan bahwa kecepatan perubahan warna berkorelasi dengan jarak perpindahan atom natrium. Pengamatan ini penting untuk pengembangan material di masa depan, karena sekarang kita tahu apa yang dibutuhkan dari struktur inang untuk memungkinkan kontrol dan penyesuaian sifat perubahan warna," komentar Peneliti Doktoral Hannah Byron.
Lastusaari menjelaskan, karena tidak adanya metode karakterisasi untuk mineral langka ini, mereka juga mengembangkan metode baru sendiri. Hackmanite, menurutnya, memiliki potensi luar biasa untuk aplikasi Intelligent Materials Research Group di Departemen Kimia University of Turku, yang dipimpin oleh Lastusaari.
Baca Juga: Batu Bergambar Penis Romawi Kuno Ditemukan di Dekat Tembok Hadrian
Baca Juga: Kantong Batu: Temuan yang Membingungkan Jauh di Dalam Interior Bumi
Baca Juga: Rentetan Kemalangan yang Mengikuti Batu Kecubung Terkutuk dari Delhi
Baca Juga: Inovasi Teknologi Perkakas Batu 40.000 Tahun Silam di Situs Xiamabei
Mereka telah lama melakukan penelitian perintis pada bahan dengan sifat yang berhubungan dengan cahaya dan warna, terutama pada hackmanite. Mereka saat ini sedang menjajaki berbagai aplikasi untuk hackmanite, seperti kemungkinan mengganti LED dan bola lampu lainnya dengan mineral alami dan menggunakannya dalam pencitraan sinar-X.
Salah satu aplikasi paling menarik yang saat ini sedang dieksplorasi oleh para peneliti adalah dosimeter berbasis hackmanite dan detektor pasif untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Aplikasi ini dimaksudkan untuk digunakan untuk mengukur penyerapan dosis radiasi bahan selama penerbangan luar angkasa.
“Kekuatan warna hackmanite tergantung pada seberapa banyak radiasi UV yang terpapar, yang berarti bahan tersebut dapat digunakan, misalnya, untuk menentukan indeks UV radiasi Matahari," kata Sami Vuori.
Hackmanite yang akan diuji di stasiun luar angkasa akan digunakan dengan cara yang sama, tetapi properti ini juga dapat digunakan dalam aplikasi sehari-hari. Kami misalnya sudah mengembangkan aplikasi ponsel untuk mengukur radiasi UV yang bisa digunakan oleh siapa saja."
Source | : | PNAS,University of Turku |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR