Nationalgeographic.co.id—Baru-baru ini (30/4/2024) Yayasan KEHATI meresmikan Tugu Kalpataru di Taman Herbal Kebun Tanaman Obat (KTO) Sari Alam. KTO Sari Alam yang punya setidaknya 900 spesies tanaman obat Nusantara ini berlokasi di Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Tugu Kalpataru yang dibangun di area KTO Sari Alam ini merupakan bentuk simbolis penghargaan Kalpataru 2018 yang diterima oleh Oday Kodariyah, atau akrab dipanggil Mamah Oday. Mamah Oday, sang pendiri KTO Sari Alam, menerima penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan Pelestari Sumber Daya Genetik Tanaman Obat.
Kontribusi Mamah Oday dalam melestarikan dan memperkenalkan tanaman obat Nusantara sangat besar. Sejak tahun 1999, setelah sembuh dari kanker serviks berkat memanfaatkan tanaman-tanaman obat Nusantara, Mamah Oday tak kenal lelah memberikan edukasi dan pelatihan tentang pemanfaatan obat tradisional kepada khalayak luas. Semangat ini sejalan dengan pengembangan program bioprospeksi yang dijalankan oleh Yayasan KEHATI.
“Merupakan suatu kehormatan Yayasan KEHATI dapat diberikan kepercayaan untuk meresmikan Tugu kalpataru Oday Kodariyah ini. Tugu ini merupakan simbol perempuan pejuang lingkungan dan tanaman obat di Indonesia. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu momentum dalam memperkenalkan tanaman obat nusantara dan khasiatnya untuk menjadi primadona dan mendukung pembangunan berkelanjutan karena dapat melindungi keanekaragaman hayati Indonesia, serta melindungi kearifan lokal,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos.
Peresmian Tugu Kalpataru ini merupakan bentuk dukungan Yayasan KEHATI kepada Mamah Oday, perempuan pemulia alam. Bentuk dukungan lainnya dari KEHATI adalah pendanaan penerbitan buku biografi Mamah Oday yang juga memuat ilmu mengenai tanaman obat Nusantara, pengkayaan jenis tanaman obat di KTO Sari Alam, dan penyelenggaraan pelatihan tanaman obat dari Mamah Obat kepada masyarakat luas.
"Jadi Bu Oday itu memberikan pelatihan ke masyarakat di sekitar KTO Sari Alam," ujar Direktur Program Yayasan KEHATI, Rony Megawanto. Materi pelatihan yang diberikan Mamah Oday, kata Rony, mencakup "pengenalan tanaman obat, bagaimana mengolah tanaman-tanaman obat yang ada di halaman rumah. Idenya bagaimana ilmunya Bu Oday itu bisa tersebar."
"Jadi semakin banyak orang yang tahu, itu semakin bagus," tegas Rony.
Mamah Oday, kini berusia 70 tahun, adalah penyintas kanker serviks yang pada tahun 1991-1993 telah berikhtiar menjalani pengobatan konvensional. Namun tubuhnya tak sanggup menerima obat-obatan kimia sehingga tubuhnya sering bengkak dan sakit. Dia kemudian divonis bahwa sisa hidupnya tak akan lama lagi.
Lalu dia bersama suaminya, mendiang Djadjat Sudradjat, memutuskan mencari tahu obat-obatan alternatif dari tanaman Nusantara dari kearifan lokal masyarakat Nusantara yang masih diingat oleh para sesepuh atau orang tua. Setelah enam tahun berjuang mengobati penyakitnya dengan mengonsumsi tanaman-tanaman obat Nusantara, Mamah Oday akhirnya berhasil sembuh pada 1999 dan secara tidak sengaja hingga kini jadi tekun menggeluti bidang tanaman obat Nusantara untuk terus menyebarkan kebaikan dari kearifan lokal ini kepada sebanyak mungkin orang lainnya.
Baca Juga: Mamah Oday sang Pelestari Tanaman Obat: Saya Berutang kepada Semesta
Ke depannya, Yayasan KEHATI berencana mendukung kegiatan yang dikelola Mamah Oday, antara lain inventarisasi pengetahuan tradisional, eksplorasi sumber daya genetik, serta koleksi spesimen. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal dan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan berkelanjutan tanaman obat.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR