Mata ditonjolkan dengan penggunaan kohl, zat penghitam yang terbuat dari abu atau jelaga. Kebiasaan ini dibawa ke Romawi oleh orang Mesir dan masih digunakan di banyak tempat sampai sekarang. Seperti eyeliner modern, bahan ini digunakan tepat di bawah dan di atas mata. Fungsinya untuk menonjolkan warna alami mereka. Bahan yang sama ini digunakan untuk menggelapkan bulu mata dan alis, membuatnya lebih menonjol pada wajah pucat.
Selain itu, para wanita juga menambahkan warna pada kelopak mata. Pewarna diperoleh dari batu yang dihaluskan. Baik bulu mata dan alis lebih disukai panjang pun lebih disukai di masa itu.
Kosmetik digunakan oleh wanita kaya dan miskin. Namun semakin kaya seseorang, semakin mahal produk yang mampu dibeli. Produk-produk mahal tidak memiliki aroma, sehingga parfum tidak dibutuhkan. Sedangkan pelacur, mereka yang cenderung memakai produk yang lebih murah dan berbau busuk. Maka mereka terpaksa menggunakan parfum untuk menutupi baunya. Praktik inilah yang membuat rumah bordil berbau tidak sedap. “Tidak diragukan lagi, ini menimbulkan stigma bahwa penggunaan wewangian adalah praktik yang tidak suci,” tambah Winters.
Salah satu alasan wanita Romawi lebih menyukai riasan alami adalah karena pelacur cenderung memakai riasan yang terlalu banyak. Ironisnya, seiring bertambahnya usia, penggunaan produk wajah yang berlebihan menjadi indikasi bahwa wanita itu adalah seorang pezina.
Catatan Ovid membuktikan bahwa kecantikan itu penting di masa Romawi kuno, sama seperti sekarang. Yang berbeda hanyalah standar kecantikan seseorang.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR