Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) untuk mempelajari pembentukan planet. Mereka juga bermitra dengan National Radio Astronomy Observatory (NRAO).
Berkat ALMA dan NRAO, peneliti berhasil mendeteksi gas pertama kali dalam piringan circumplanetary. Terlebih lagi, deteksi ini juga menunjukkan keberadaan planet ekstrasurya yang sangat muda. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam The Astrophysical Journal Letters pada 27 Juli. Makalah tersebut diberi judul Molecules with ALMA at Planet-forming Scales (MAPS): A Circumplanetary Disk Candidate in Molecular-line Emission in the AS 209 Disk.
Circumplanetary disk adalah akumulasi materi berbentuk torus, panekuk, atau cincin yang terdiri dari gas, debu, planetesimal, asteroid, atau fragmen tabrakan di orbit di sekitar planet. Di sekitar planet, mereka adalah reservoir material yang darinya bulan (atau eksomoon atau subsatelit) dapat terbentuk. Disk semacam itu dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara.
Pada bulan Agustus 2018 para astronom melaporkan kemungkinan deteksi piringan planet di sekitar CS Cha B. Para penulis menyatakan bahwa, "Sistem CS Cha adalah satu-satunya sistem di mana cakram circumplanetary kemungkinan hadir serta cakram circumstellar yang diselesaikan." Namun, pada tahun 2020, parameter CS Cha B direvisi, menjadikannya bintang katai merah yang bertambah, dan membuat piringan menjadi circumstellar.
Cakram melingkar merupakan kumpulan gas, debu, dan puing-puing di sekitar planet muda. Cakram ini memunculkan bulan dan benda kecil berbatu lainnya. Ia juga mengendalikan pertumbuhan planet raksasa muda.
Mempelajari cakram-cakram ini pada tahap paling awal dapat membantu para ilmuwan menjelaskan pembentukan Tata Surya kita sendiri. Termasuk juga bulan-bulan Galilea Jupiter, yang diyakini para ilmuwan terbentuk di piringan mengelilingi planet Jupiter sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
Ketika para ilmuwan mempelajari AS 209, bintang muda yang terletak kira-kira 395 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Ophiuchus. Saat itu mereka mengamati gumpalan cahaya yang dipancarkan di tengah celah kosong gas yang mengelilingi bintang tersebut. Itu mengarah pada deteksi piringan circumplanetary yang mengelilingi planet bermassa Jupiter yang potensial. Para ilmuwan mengamati sistem dengan cermat. Baik karena jarak planet dari bintangnya maupun usia bintangnya. Planet ekstrasurya terletak lebih dari 200 unit astronomi atau 18,59 miliar mil jauhnya dari bintang induk, menantang teori pembentukan planet yang diterima saat ini. Dan jika perkiraan usia bintang induk hanya 1,6 juta tahun benar. Maka, planet ekstrasurya ini bisa menjadi salah satu yang termuda yang pernah terdeteksi.
Studi lebih lanjut sangat diperlukan, dan para ilmuwan berharap bahwa pengamatan mendatang dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb akan mengonfirmasi keberadaan planet tersebut.
Baca Juga: Astronom Berhasil Menemukan Jejak Oksigen Tertua di Alam Semesta
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR