Nationalgeographic.co.id - Sejarah geologi bumi dicirikan oleh banyak perubahan iklim dinamis yang sering dikaitkan dengan perubahan suhu yang besar. Pergeseran lingkungan ini dapat menyebabkan perubahan sifat, seperti ukuran tubuh, yang dapat diamati secara langsung menggunakan catatan fosil. Di dunia hewan, perubahan ukuran tubuh ini terlihat sangat mengejutkan.
Paleoklimatologi adalah upaya menyelidiki apakah perubahan suhu yang terjadi sebelum pengukuran langsung dicatat. Ini berkorelasi dengan perubahan ukuran tubuh. Beberapa anggota Lab Evolusi Ikan Universitas Oklahoma memutuskan untuk menguji hipotesis mereka ini menggunakan ikan tetraodontiform sebagai kelompok model. Ikan tetradontiform terutama adalah ikan laut tropis, dan termasuk ikan buntal, boxfish, dan filefish.
Penelitian ini dipimpin oleh Dahiana Arcila, asisten profesor biologi dan asisten kurator di Museum Sejarah Alam Sam Noble, dengan Ricardo Betancur, asisten profesor biologi. Mereka juga bekerja sama dengan mahasiswa pascasarjana biologi Emily Troyer. Serta melibatkan kolaborator dari Smithsonian Institution, University Chicago, dan Universitas George Washington di Amerika Serikat, serta Universitas Turin di Italia, Universitas Lyon di Prancis, dan CSIRO Australia.
Para peneliti menemukan bahwa ukuran tubuh ikan ini telah tumbuh lebih besar selama ratusan juta tahun terakhir bersamaan dengan pendinginan bertahap dari suhu laut.
Temuan mereka mematuhi dua aturan tren evolusi yang terkenal, aturan Cope yang menyatakan bahwa ukuran tubuh organisme cenderung meningkat seiring waktu evolusi. Juga aturan Bergmann yang menyatakan bahwa spesies mencapai ukuran lebih besar di lingkungan yang lebih dingin dan ukuran yang lebih kecil di lingkungan yang lebih hangat. Apa yang kurang dipahami adalah bagaimana aturan ini berhubungan dengan ektoterm. Organisme yang tidak dapat mengatur suhu tubuh internal mereka dan bergantung pada iklim eksternal atau lingkungan mereka.
"Aturan Cope dan Bergmann cukup didukung untuk hewan endoterm, atau spesies berdarah panas, seperti burung dan mamalia," kata Troyer. "Namun, di antara spesies ektotermik, terutama vertebrata, aturan ini cenderung memiliki temuan yang beragam."
Tantangan mempelajari ikan purba adalah hanya ada sedikit catatan fosil. Untuk melengkapi informasi yang hilang itu, para peneliti menggabungkan data genom ikan hidup dengan data fosil.
"Ketika Anda melihat kelompok yang berbeda dalam pohon kehidupan, maka Anda akan melihat bahwa ada sejumlah kelompok yang benar-benar memiliki catatan fosil yang baik. Akan tetapi kelompok ikan laut yang lebih besar (dikenal sebagai Tetraodontiformes) yang mencakup ikan buntal yang populer, mola-mola laut dan boxfish, luar biasa karena memiliki catatan paleontologi yang spektakuler," kata Arcila. "Jadi, dengan mengintegrasikan kedua bidang tersebut, genomik dan paleontologi, maka kami benar-benar dapat menghadirkan hasil baru yang tidak dapat Anda peroleh hanya dengan satu tipe data."
Data genomik dan fosil kemudian digabungkan dengan data suhu laut. Ini menunjukkan bahwa pendinginan iklim bertahap selama 100 juta tahun terakhir dikaitkan dengan peningkatan ukuran tubuh ikan tetraodontiform.
Baca Juga: Dunia Hewan: Dugong si 'Sapi Laut' Dinyatakan Telah Punah di Tiongkok
Baca Juga: Fakta Mengenai 'Nyonya Puff' yang Beracun Tetapi Lezat dan Bergizi
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR