Nationalgeographic.co.id—Dengan perubahan teknologi dan pergeseran norma sosial, profesi dan pekerjaan pun mengalami perubahan. Di masa lalu, hiburan, teknologi, atau ilmu kedokteran jauh berbeda dengan zaman sekarang. Banyak profesi dan pekerjaan aneh yang dilakukan oleh orang di masa lalu. Sebagian mungkin membuat kita mengerjitkan dahi.
Kambing hitam yang menanggung hukuman orang lain
Ini adalah pekerjaan yang tidak menguntungkan di zaman kuno. Ketika pangeran muda akan berbuat salah, memberi hukuman berupa pukulan akan melanggar aturan. Pasalnya, mereka berdarah biru.
Alih-alih memukul atau menghukum sang pangeran, “kambing hitam” akan menerima pukulan atas kesalahan pangeran atau anak bangsawan.
Meskipun ini terdengar kejam, banyak sumber mengatakan taktik ini benar-benar berhasil. Biasanya, anak bangsawan akan merasa tidak enak atas karena seseorang harus menanggung kesalahannya.
Ornatrices, pembuat ramuan untuk menata rambut majikan
Ornatrices dapat dianggap sebagai penata rambut awal. Namun, alih-alih bekerja untuk upah seperti penata rambut modern, mereka adalah budak. Wanita-wanita ini ditugaskan untuk membuat majikannya tampil menawan.
Pada zaman kuno, pewarna rambut, pemutih, dan wig tidak sepopuler zaman sekarang. “Ornatrices ditugaskan untuk membuat ramuan unik,” tutur Lex Leigh di laman Ancient Origins. Ramuan ini digunakan untuk menata rambut sang majikan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan mereka.
Apa saja bahannya? Kadang-kadang mereka menambahkan lintah busuk, serangga yang dihancurkan, tinta cumi, dan empedu untuk membuat pewarna yang lebih gelap. Ornatrices juga menggunakan kotoran merpati dan abu di atas kepala pemiliknya untuk menciptakan warna rambut terang.
Jika pemiliknya kehilangan rambut, Ornatrices harus mencukur rambut mereka untuk menggantikannya.
Tukang cukur merangkap ahli bedah
Bagaimana menggabungkan pekerjaan tukang cukur dan ahli bedah. Ini mungkin terdengar tidak masuk akal namun itulah yang terjadi di Abad Pertengahan.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR