Semakin banyak sampah atau limbah yang kita hasilkan dan buang, semakin besar pula potensinya untuk merusak lautan, hutan, dan tanah. Padahal, ketiga hal itu adalah benteng pertahanan bumi yang mampu menyerap emisi karbon kita.
Adapun semakin banyak energi yang kita pakai dari bahan bakar fosil, akan semakin banyak pula emisi karbon yang mengalir ke atmosfer. Hal ini bakal semakin meningkatkan laju pemanasan global sekaligus perubahan iklim.
Dari segi adaptasi iklim atau beradaptasi dengan kehidupan dalam iklim yang berubah, tindakan-tindakan yang bisa kita lakukan melibatkan penyesuaian dengan iklim masa depan yang sebenarnya. Tujuannya untuk mengurangi risiko kita dari efek berbahaya perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem yang lebih intens, atau kerawanan pangan.
Bagaimanapun, akan lebih baik dan mudah bagi kita untuk mengurangi laju kenaikan permukaan laut dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor ketimbang harus membangun rumah panggung dan membeli perahu demi menyesuaikan diri dengan banjir atau kenaikan air laut di masa depan. Jelas, bakal jauh lebih mudah dan berarti juga bagi kita untuk mencegah penggundulan hutan dan menanam kembali pohon di lahan yang gundul ketimbang harus menyesuaikan diri dengan berkurangnya stok pangan dari para nelayan dan petani akibat perubahan iklim.
Perlu selalu kita ingat, perubahan iklim ini tidak memandang batas teritorial. Setiap negara pasti sedang atau akan merasakannya.
Kita hidup berbagi ruang di planet yang sama. Oleh karenanya, kita semua sama-sama punya kewajiban untuk menjaga kelestarian planet Bumi ini.
#SayaPilihBumi, gerakan sosial yang digagas National Geographic Indonesia sejak 2018, juga berusaha menyadarkan kita bahwa setiap aktivitas kecil kita dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh pada kelestarian bumi. #SayaPilihBumiFestival akan digelar pada Oktober mendatang di sini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, peran komunitas dalam pelestarian Bumi, sampai konser musik.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR