Sebagian besar penduduk Flint yang ditawari layanan kesehatan mental terus menggunakan dan mendapat manfaat darinya. “Sekarang pipa sedang diganti, waktu yang tepat untuk memulai fase kedua pemulihan dari krisis air—yang berfokus pada penyediaan sumber daya tambahan untuk menyembuhkan luka psikologis,” ujar Reuben.
Kilpatrick mengatakan bahwa penduduk Flint, yakni komunitas kulit hitam yang sebagian besar berpenghasilan rendah, menghadapi banyak tantangan sebelum krisis air yang dapat mengikis kesehatan mental mereka. Tantangan yang dimaksud meliputi kerugian sosial ekonomi, rasisme, dan paparan tinggi terhadap peristiwa yang berpotensi traumatis, termasuk serangan fisik atau seksual sebelumnya.
Yang paling mencolok adalah temuan bahwa mereka yang sebelumnya mengalami serangan fisik atau seksual memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar mengalami depresi dan lebih dari enam kali lebih mungkin mengalami PTSD dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat ini. "Ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan efek kumulatif dari paparan sebelumnya terhadap peristiwa traumatis ketika mengevaluasi efek bencana lingkungan pada kesehatan mental," kata Kilpatrick.
Depresi dan PTSD adalah salah dua gangguan mental yang paling umum dan merusak. Gangguan kesehatan mental ini menelan biaya lebih dari 326 miliar dolar AS (Rp 4,9 juta triliun) per tahun di Amerika karena kehilangan jam kerja dan biaya perawatan medis.
Temuan studi ini menunjukkan bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk memberikan perawatan kesehatan mental bagi penduduk Flint. Selain itu, mereka juga butuh jaminan keamanan atas pasokan air bersih di wilayah mereka.
“Ada kebutuhan yang jelas tidak terpenuhi,” kata Reuben. “Hampir 100% penduduk Flint yang disurvei melaporkan bahwa mereka mengubah perilaku mereka untuk menghindari konsumsi air yang terkontaminasi selama krisis, dan sebagian besar masih khawatir bahwa paparan yang mereka miliki dapat menyebabkan masalah kesehatan di masa depan bagi diri mereka sendiri atau anggota keluarga mereka.”
Menurut Reuben, ketidakpastian tentang paparan dan bahaya di masa depan secara bermakna berkontribusi pada tekanan psikologis setelah bencana lingkungan. Penelitian ini menemukan bahwa orang-orang dewasa yang mengira paparan air yang terkontaminasi telah membahayakan kesehatan mereka atau anggota keluarga mereka secara signifikan lebih mungkin mengalami depresi dan PTSD.
Source | : | eurekalert.org,alodokter |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR