Nationalgeographic.co.id—Hasil survei kesehatan mental di Kota Flint, Michigan, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa satu dari lima orang dewasa di sana, atau sekitar 13.600 orang, diperkirakan mengalami depresi klinis. Selain itu, satu dari empat orang di sana, atau sekitar 15.000 orang, diperkirakan mengalami PTSD. Gangguan kesehatan mental itu terjadi setelah lima tahun dimulainya krisis air di sana.
Dikutip dari Alodokter, PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis.
“Beban kesehatan mental dari bencana lingkungan pekerjaan umum terbesar di Amerika jelas berlanjut bagi banyak orang dewasa di Flint,” kata Aaron Reuben, seorang peneliti pascadoktoral di Duke University yang memimpin penelitian ini, seperti dikutip dari EurekAlert. Makalah laporan penelitian ini telah terbit pada 20 September 2022 di JAMA Network Open.
Perlu diketahui sebagai kilas balik, pada tanggal 25 April 2014 Kota Flint mengalihkan pasokan airnya dari Danau Huron dan Sungai Detroit ke Sungai Flint dan gagal mengolah pasokan air dengan benar untuk mencegah timbal dan elemen lainnya keluar dari pipa-pipa air tua kota tersebut. Akibatnya, hampir semua penduduk Flint terkena air minum dengan tingkat bakteri yang tidak aman, produk sampingan disinfeksi, dan timbal, zat neurotoksik.
Air minum Flint tidak dinyatakan bebas timbal hingga 24 Januari 2017. Selama krisis air tersebut, puluhan ribu anak-anak dan orang dewasa di Flint mengembangkan kadar timbal dalam darah yang tinggi, menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar untuk defisit kognitif, masalah kesehatan mental, dan masalah kesehatan lainnya di kemudian hari.
“Kita tahu bahwa bencana alam atau yang disebabkan manusia dalam skala besar dapat memicu atau memperburuk depresi dan PTSD,” kata Dean Kilpatrick, Profesor dari Department of Psychiatry and Behavioral Sciences di Medical University of South Carolina yang menjadi penulis senior dari studi ini.
Kilpatrick mencatat bahwa ada bukti yang jelas tentang tingginya tingkat masalah kesehatan mental di komunitas Flint selama tahun-tahun pertama krisis. "Apa yang kami tidak tahu sampai sekarang adalah sejauh mana penduduk Flint terus memiliki masalah kesehatan mental pada tingkat diagnosis klinis lima tahun setelah krisis dimulai."
Menurut Kilpatrick, tingkat depresi dan PTSD tahun lalu yang diidentifikasi di Flint saat ini tiga sampai lima kali lebih besar dari perkiraan nasional di antara orang-orang dewasa Amerika Serikat secara keseluruhan. Ini kemungkinan hasil dari kombinasi tingkat dasar yang lebih tinggi dari masalah kesehatan mental di Flint sebelum krisis juga sebagai eksaserbasi signifikan dari masalah yang dihasilkan dari krisis.
Baca Juga: Krisis Air Bersih di Teluk Semanting, Tak Bisa Dipakai Minum
Baca Juga: Dari Kelebihan Hingga Kekurangan, Inilah Penyebab Krisis Air
Baca Juga: 5 Cara Mudah yang Dapat Kita Lakukan untuk Menghemat Air di Rumah
“Sebagian besar responden kami tidak pernah ditawari layanan kesehatan mental,” kata Reuben, “terlepas dari indikasi yang jelas bahwa krisis itu traumatis secara psikologis.”
Sebagian besar penduduk Flint yang ditawari layanan kesehatan mental terus menggunakan dan mendapat manfaat darinya. “Sekarang pipa sedang diganti, waktu yang tepat untuk memulai fase kedua pemulihan dari krisis air—yang berfokus pada penyediaan sumber daya tambahan untuk menyembuhkan luka psikologis,” ujar Reuben.
Kilpatrick mengatakan bahwa penduduk Flint, yakni komunitas kulit hitam yang sebagian besar berpenghasilan rendah, menghadapi banyak tantangan sebelum krisis air yang dapat mengikis kesehatan mental mereka. Tantangan yang dimaksud meliputi kerugian sosial ekonomi, rasisme, dan paparan tinggi terhadap peristiwa yang berpotensi traumatis, termasuk serangan fisik atau seksual sebelumnya.
Yang paling mencolok adalah temuan bahwa mereka yang sebelumnya mengalami serangan fisik atau seksual memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar mengalami depresi dan lebih dari enam kali lebih mungkin mengalami PTSD dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat ini. "Ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan efek kumulatif dari paparan sebelumnya terhadap peristiwa traumatis ketika mengevaluasi efek bencana lingkungan pada kesehatan mental," kata Kilpatrick.
Depresi dan PTSD adalah salah dua gangguan mental yang paling umum dan merusak. Gangguan kesehatan mental ini menelan biaya lebih dari 326 miliar dolar AS (Rp 4,9 juta triliun) per tahun di Amerika karena kehilangan jam kerja dan biaya perawatan medis.
Temuan studi ini menunjukkan bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk memberikan perawatan kesehatan mental bagi penduduk Flint. Selain itu, mereka juga butuh jaminan keamanan atas pasokan air bersih di wilayah mereka.
“Ada kebutuhan yang jelas tidak terpenuhi,” kata Reuben. “Hampir 100% penduduk Flint yang disurvei melaporkan bahwa mereka mengubah perilaku mereka untuk menghindari konsumsi air yang terkontaminasi selama krisis, dan sebagian besar masih khawatir bahwa paparan yang mereka miliki dapat menyebabkan masalah kesehatan di masa depan bagi diri mereka sendiri atau anggota keluarga mereka.”
Menurut Reuben, ketidakpastian tentang paparan dan bahaya di masa depan secara bermakna berkontribusi pada tekanan psikologis setelah bencana lingkungan. Penelitian ini menemukan bahwa orang-orang dewasa yang mengira paparan air yang terkontaminasi telah membahayakan kesehatan mereka atau anggota keluarga mereka secara signifikan lebih mungkin mengalami depresi dan PTSD.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | eurekalert.org,alodokter |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR