Baca Juga: Kodok di Seluruh Dunia Mendekati Kepunahan, Terutama di Asia Tenggara
Sejumlah spesies serangga termasuk dalam daftar sangat terancam punah, termasuk belalang berujung putih (Chorthippus acroleucus), jangkrik Semak Alpen Selatan (Anonconotus apenninigenus), kupu-kupu biru Swanepoel (Lepidochrysops swanepoeli), lebah Franklin (Bombus franklini), dan wereng bersayap Seychelles (Proocytettix fusiformis).
Prediksi mengerikan yang sama tentang penurunan tajam terjadi di hampir semua kehidupan di Bumi. Menurut laporan 2018 oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), lebih dari 90% terumbu karang dunia bisa mati pada tahun 2050 bahkan jika pemanasan global dijaga pada suhu 1,5 derajat Celcius.
Menurut laporan tahun 2022 yang diterbitkan dalam jurnal Nature, dua dari lima amfibi (40,7%) kini terancam punah, sementara laporan tahun 2016 yang diterbitkan oleh jurnal Biology Letters menyatakan pada tahun 2050, 35% katak di daerah Tropis Basah Queensland, Australia, dapat terancam punah.
Faktanya, kejatuhan amfibi kemungkinan akan lebih nyata. Para ilmuwan mengakui ada banyak amfibi yang telah mereka perjuangkan untuk mengumpulkan informasi rinci, dan spesies ini dikategorikan sebagai kekurangan data (DD). Menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2022 di jurnal Communications Biology.
"85% amfibi DD kemungkinan akan terancam punah, serta lebih dari setengah spesies DD di banyak kelompok taksonomi lainnya, seperti mamalia dan reptil."
Oleh karena itu, sangat sulit untuk menentukan jumlah pasti spesies yang kemungkinan besar akan punah pada tahun 2050, terutama karena skala kepunahan masih belum ditentukan. Terlebih lagi, kita tidak tahu berapa banyak spesies yang ada saat ini, sehingga mustahil untuk menentukan semua makhluk yang berada dalam bahaya.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR