Yang kedua adalah bahwa pada abad keempat, definisi "Romawi" meliputi Skotlandia hingga Irak. Banyak "Romawi" yang memiliki sedikit atau tidak ada afiliasi dengan kota Roma itu sendiri.
Memisahkan kekaisaran, diperkirakan, akan mempermudah pengawasan berbagai wilayah dan budaya yang berbeda-beda ini.
Perpecahan akhir
Perpecahan Kekaisaran Romawi sudah lama terjadi sebelum pembagian Timur-Barat yang permanen pada abad keempat, menurut Humphries.
"Kita sering berpikir bahwa perpecahan terjadi pada satu titik waktu tertentu yaitu pada 395 Masehi. Saat itu kaisar Romawi Theodosius I meninggal dan digantikan oleh putranya Arcadius dan Honorius. Kedua putra kaisar ini masing-masing menjadi penguasa di Timur dan Barat," kata Humphries.
Namun sebelum itu, kekaisaran sudah memiliki lebih dari satu kaisar selama satu abad. Diocletianus, yang menjadi kaisar pada 284, bereksperimen dengan berbagai konfigurasi kekaisaran. Ia mendirikan tetrarki atau aturan empat, antara dua kaisar senior atau augusti—satu di timur dan satu di barat—dan dua penguasa junior atau caesar.
Baca Juga: Jejak Bizantium dari Penemuan Sarkofagus Berusia 1.800 Tahun di Israel
Baca Juga: Jatuhnya Kekaisaran Romawi, Kenapa Lebih Cepat daripada Bizantium?
Baca Juga: Akhir sebuah Era: Ketika Peradaban Romawi Benar-benar Berakhir
Tetrarki itu runtuh tak lama setelah Diocletianus turun takhta pada tahun 305. Ini membuat para augusti dan caesar saling berebut kekuasaan. Kekaisaran bersatu kembali ketika Konstantinus I mengalahkan rekan-penguasanya pada tahun 324.
Akan tetapi kekaisaran kembali dibagi setelah kematian Konstantinus, kali ini di antara tiga putranya. Jadi, jika Kekaisaran Romawi dibagi jauh lebih awal dari tahun 395, mengapa sejarawan menentukan tahun itu sebagai waktu kekaisaran terpecah dalam dua?
"Saya menduga bahwa apa yang terjadi setelah 395 adalah bahwa pembagian terlihat sangat jelas," kata Humphries.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR