Nationalgeographic.co.id—Sebuah citra satelit yang baru-baru ini dirilis oleh NASA memperlihatkan adanya tiga danau berdeketan di Etiopia yang masing-masing memiliki warna yang berbeda. Satu danau terlihat berwarna biru, satu danau berwarna hijau, dan satu danau lainnya berwarna kuning.
Ketiga danau tersebut adalah Danau Shala, yang memiliki rona biru tua; Danau Abijatta, yang berwarna hijau; dan Danau Langano, yang memiliki rona kuning kecokelatan mirip dengan tanah di sekitarnya. Perbedaan warna ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kimia air, kedalaman danau, dan kehidupan satwa liar.
Danau-danau tersebut terletak di Great Rift Valley di Etiopia, sekitar 200 kilometer selatan ibu kota, Addis Ababa. Satelit Landsat 8, yang dimiliki bersama oleh NASA dan Badan Geologi Amerika Serikat, mengambil gambar warna nyata yang mencolok dari ketiga danau ini beberapa bulan lalu menggunakan Operational Land Imager. Gambar tersebut baru dirilis secara online pada 7 Oktober oleh Earth Observatory NASA.
Danau Shala, yang memiliki panjang sekitar 12 kilometer dan lebar 28 kilometer pada titik terlebarnya, adalah yang terdalam dari tiga danau tersebut, dengan kedalaman maksimum 266 meter. Dari atas, air di danau yang sangat dalam ini tampak berwarna biru tua.
Danau ini memiliki banyak ventilasi di dasarnya yang memompa belerang ke dalam air. Akibatnya, danau ini sangat basa, artinya memiliki pH yang sangat tinggi.
Terlepas dari kondisi ekstrem tersebut, danau tersebut berisi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Danau ini memiliki banyak krustasea kecil dan mikroorganisme yang mendukung kawanan besar flamingo dan pelikan yang berkunjung, menurut Earth Observatory.
Danau Abijatta, yang panjangnya sekitar 17 kilometer dan lebar 15 kilometer adalah yang paling dangkal dari ketiga danau, dengan kedalaman maksimum 14 meter. Akibatnya, Abijatta adalah danau yang paling bervariasi kondisinya.
Dalam 50 tahun terakhir, danau tersebut telah kehilangan sekitar sepertiga dari luasnya, menurut Earth Observatory. Warna hijau Danau Abijatta kemungkinan besar disebabkan oleh merebaknya fitoplankton di permukaannya.
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Danau Tak Lagi Biru, tetapi Jadi Hijau-Cokelat
Baca Juga: 'Virus Raksasa' di Danau Epishelf Arktika Ini Terancam Perubahan Iklim
Baca Juga: Danau-Danau di Bumi Menguap Lebih Cepat daripada yang Kita Sadari
Danau Langano, yang panjangnya sekitar 18 kilometer dan lebarnya 16 kilometer sebagian besar dialiri oleh aliran sungai ke timur. Warna kuning danau berasal dari sedimen coklat yang diangkut dari pegunungan terdekat oleh sungai yang mengairinya.
Langano adalah tujuan populer bagi pengunjung pantai karena merupakan satu-satunya danau di wilayah itu yang tidak dihuni oleh cacing parasit yang menularkan penyakit yang berpotensi fatal yang dikenal sebagai schistosomiasis, menurut Earth Observatory.
Tampilan danau-danau yang kontras itu bahkan lebih mengejutkan mengingat ketiganya dulunya merupakan bagian dari satu badan air purba yang dikenal sebagai Danau Galla, yang juga mencakup Danau Ziway di dekatnya. Danau purba yang sangat besar itu kemungkinan terhubung ke laut melalui Sungai Awash, yang masih mengalir sampai sekarang, hingga sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada saat itu, pergerakan lempeng tektonik dan perubahan pola curah hujan menyebabkan Danau Galla mulai mengering. Sekitar 2.000 tahun yang lalu, danau itu telah terpecah menjadi danau-danau yang berbeda yang terlihat hari ini, menurut Earth Observatory, seperti dikutip oleh Live Science.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR