Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian dunia hewan baru telah memberikan hasil yang mengejutkan. Kumbang ambrosia ternyata telah lama mempraktikkan pertanian aktif: Spesies kumbang kulit kayu ini berkembang biak dan menumbuhkan jamur makanannya sendiri di sarangnya. Mereka juga memastikan agar apa yang disebut jamur gulma menyebar lebih sedikit sehingga memberikan pertumbuhan yang baik untuk jamur yang mereka rawat.
Perilaku kumbang ini telah dibuktikan secara eksperimental untuk pertama kalinya oleh ahli biologi Janina Diehl dari Freiburg di laboratorium.
Diehl adalah mahasiswa doktoral di bawah Prof. Dr. Peter Biedermann, Profesor Entomologi Hutan dan Perlindungan Hutan di Universitas Freiburg. Diehl memeriksa kebun jamur laboratorium dari hama penggerek lubang jarum pohon buah (Xyleborinus saxesenii), yang termasuk kumbang ambrosia dan ditemukan di banyak taman asli serta kebun dengan pohon-pohon tua. Dia menemukan bahwa kumbang ini secara aktif memengaruhi komposisi taman jamur mereka.
Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B. Makalahnya diberi judul “First experimental evidence for active farming in ambrosia beetles and strong heredity of garden microbiomes.”
Kumbang ambrosia memakan lapisan jamur khusus yang tumbuh di terowongan yang mereka buat di kayu tua. Karena perilaku sosial dan higienis mereka, telah lama diasumsikan bahwa sejauh ini mereka secara aktif merawat jamur mereka sendiri, kemampuan pertanian seperti itu hanya ditunjukkan pada beberapa rayap dan semut pemotong daun.
Kini, Diehl juga berhasil melakukan hal ini untuk kumbang ambrosia: Di laboratorium, dia menyuruh induk kumbang penggerek kayu kecil membangun sarang dengan keturunannya. Di mana taman jamur yang khas pun terbentuk. Dia kemudian memindahkan individu yang memelihara dari beberapa sarang dan meninggalkan mereka di sarang lainnya. Analisis genetik komunitas bakteri dan jamur dari kebun jamur setelah 40 hari menunjukkan bahwa keberadaan kumbang telah memberikan perubahan pada komunitas jamur.
Baca Juga: Spesies Baru Kumbang di Sulawesi Dinamakan Unyil, Gundala, dan Corona
Baca Juga: Studi: Kumbang Daun Berpotensi Lidungi Jutaan Orang Dari Hay Fever
Baca Juga: Dunia Hewan: Enzim Mikroba Kunci Pencernaan Pektin pada Kumbang Daun
"Anda mungkin mengira akan ada lebih sedikit jamur makanan di sarang kumbang karena mereka akan habis dimakan. Tetapi kenyataannya, yang terjadi adalah sebaliknya; di sini komposisi jamur jelas bergeser ke arah jamur makanan," kata Diehl. Di sarang tanpa kumbang penggembalaan, di sisi lain, proporsi jamur gulma secara signifikan lebih tinggi. Komposisi bakteri juga berbeda.
"Hasil ini mendukung keberadaan pertanian aktif pada kumbang ambrosia, meskipun mekanisme yang tepat untuk mengendalikan komunitas jamur memerlukan penyelidikan lebih lanjut," tambah Biedermann. Dia mengatakan ada bukti bahwa kumbang menggunakan bakteri spesifik yang menghasilkan zat antibiotik. Ini, pada gilirannya, dapat menghambat pertumbuhan jamur gulma.
Perilaku sosial mungkin juga memainkan peran penting; seluruh kelompok kumbang di sarang, termasuk larva, bekerja sama untuk merawat jamur. Ini menciptakan simbiosis yang erat antara kumbang dan jamur. "Setiap spesies kumbang ambrosia memiliki jamur makanannya sendiri. Keduanya tidak dapat bertahan hidup tanpa yang lain," ujar Biedermann.
Kumbang kulit kayu yang relevan secara ekonomi, seperti kumbang kulit kayu cemara (Ips typographus), juga memiliki simbiosis serupa dengan jamur. Dengan memahami mereka, dapat membantu mengendalikan kumbang lebih baik di masa depan.
Penelitian lebih lanjut tentang bagaimana tepatnya kumbang ambrosia menekan pertumbuhan jamur gulma juga dapat memberikan wawasan berharga untuk pertanian manusia, yang berjuang melawan resistensi, misalnya, kata Biedermann.
"Sangat menarik bagi kita untuk melihat bagaimana alam telah melakukan ini selama 60 juta tahun. Agaknya, kita manusia masih bisa belajar sesuatu dari mekanisme ini," tutur Biedermann.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR