Dari sudut pandang abad ke-21 kita akan mudah untuk mengejek Nicias karena begitu takut. Sebab, segala fenomena alam, seperti gerhana bulan, kini sudah dapat diprediksi dan dijelaskan. Namun, pada tahun 413 Sebelum Masehi, belum ada yang mengerti apa yang menyebabkan bulan menjadi gelap dan merah.
"Bulan itu sendiri menjadi gelap, bagaimana itu bisa terjadi dan bagaimana, secara tiba-tiba, Bulan purnama yang lebar harus kehilangan cahayanya dan menunjukkan berbagai warna seperti itu, tidak mudah untuk dipahami," tulis sejarawan Yunani Plutarch. "Mereka menyimpulkan itu sebagai pertanda buruk dan isyarat ilahi dari beberapa malapetaka berat."
Kesimpulan para pendeta Athena ternyata merupakan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. Dengan sangat cepat, orang-orang Syracuse menyadari dua hal. Pertama, bahwa orang-orang Athena berusaha mundur. Kedua, bahwa pasukan Yunani kuno itu telah berhenti dari usaha mundurnya karena kondisi gelapnya bulan, dan 86 kapal mereka kini sedang bersandar di pelabuhan.
Keadaan ini dimanfaatkan betul oleh orang-orang Syracuse yang entah kurang percaya takhayul dibandingkan Nicias dan para pendetanya, atau memang mereka telah menarik kesimpulan yang lebih menggembirakan dari bulan yang redup dan berdarah. Saat gerhana bulan tersebut pasukan Syracuse dengan cepat bergerak untuk menyerang dengan 72 kapal.
Di dekat pelabuhan, orang-orang Athena memiliki waktu yang lebih sulit untuk bermanuver daripada musuh-musuh mereka di Syracuse. Dan dalam periode ketika perang angkatan laut adalah tentang menabrak sisi musuh dengan haluan yang diperkuat kapal Anda, manuver adalah segalanya. Serangan itu mendorong sebagian besar kapal Athena ke pantai, di mana bala bantuan Spartan yang menunggu menangkap 18 kapal, membakar sisanya, dan membantai awak mereka.
Pasukan gabungan tentara Athena dan Etruria datang untuk menyelamatkan, mengusir Spartan kembali cukup untuk memberi orang-orang Athena yang terkepung ruang bernapas, tapi itu tidak bertahan lama. Orang-orang Syracuse memblokade pelabuhan beberapa hari kemudian, menjebak orang-orang Athena. Setelah beberapa hari dikepung, orang-orang Athena memutuskan untuk mencoba melawan untuk mendapatkan jalan keluar mereka, tapi gagal total.
Pada tanggal 13 September, masih jauh dari penantian 27 hari yang direkomendasikan para pendetanya, Nicias dan pasukannya membongkar kemah, membiarkan orang-orang mati tidak dikubur dan yang terluka berjuang sendiri, dan melarikan diri ke barat, tapi terus diburu oleh pasukan Syracuse di sepanjang jalan. Orang-orang Athena yang berhasil menyeberangi Sungai Anapo justru harus menghadapi nasib lain yang juga buruk. yakni bertemu pasukan Sparta yang menunggu.
Sekitar 7.000 tentara Athena selamat dari pembantaian di Anapo, tetapi sebagian yang selamat ini dijadikan tahanan di sebuah tambang batu di luar Syracuse. Sebagian besar dari mereka mati kelaparan, atau meninggal karena penyakit yang diderita selama mereka berkemah di rawa atau dalam kondisi padat dan kotor di tambang. Hanya segelintir yang lolos untuk membawa cerita itu pulang ke Athena.
Sebagian dari cerita yang dibawa pulang oleh beberapa orang yang selamat itu menyangkut nasib Nicias, jenderal mereka yang percaya takhayul. Pasukan tentara Syracuse telah mengeksekusinya tak lama setelah pertempuran di sungai.
Sejarah tidak mencatat tanggal kematian Nicias, tetapi mungkin sekitar 27 hari setelah gerhana bulan. Sejarah juga tidak mencatat bagaimana Nicias dieksekusi mati, tapi yang jelas nasib buruknya ini berawal dari kepercayaannya terhadap takhayul. Jadi, jangan sekali-kali percaya pada takhayul.
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR